THE ADVENTURE OF ROBERT Part 4

 


“Ok, kalau tidak ada pertanyaan lagi kuliah hari ini sekian dulu, jangan lupa minggu depan kita kuis” demikian Wulan mengakhiri mata kuliah Teori Ekonomi Mikro hari itu.
Wulan adalah seorang dosen muda di fakultas ekonomi itu, usianya 27 tahun, berparas cantik dengan rambut sebahu direbonding dan bertubuh indah dengan tinggi 170cm, berat 54 kg, juga kulit putih mulus plus payudara 40D. Kadang orang sering sulit membedakan mana yang mahasiswi mana yang dosen kalau dia berada diantara mahasiswanya dengan pakaian modis berhijab. Kebagian mata kuliah yang diajarkannya merupakan suatu berkah bagi para mahasiswa, karena selain ngajarnya enak dan orangnya gaul sehingga mudah dekat dengan yang diajar, juga menyegarkan mata dengan melihat wajah cantiknya dan tubuh indahnya terutama kalau memakai pakaian ketat atau rok celana ketat.

Setelah kuliah selesai semua mahasiswa keluar dari kelas, kecuali satu mahasiswi, Felicia (baca eps. 1), dia menutup pintu ruang kuliah setelah yang lain keluar dan menghampiri Wulan yang sedang membereskan barang-barangnya.
“Eeemm…Kak Nia(beberapa mahasiswa memTessalnya demikian karena umurnya tidak beda jauh dengan mereka) bisa kita bicara sebentar ?” kata Felicia
“Ada apa Fel, masalah tugas lagi yah ?” jawab Wulan tersenyum ramah
Awalnya memang Felicia menanyakan tentang pelajaran yang tidak dia mengerti, kemudian topik beralih, Felicia mulai curhat mengenai dirinya yang sedang cekcok dengan pacarnya sehingga tidak konsen dalam belajar. Wulan yang memang dekat dengan mahasiwa/i nya mendengar dan menghiburnya sehingga mereka malah makin hanyut dalam obrolan wanita sementara jam sudah hampir menunjukkan pukul enam, langit pun mulai gelap, suasana di lantai itu sudah sepi karena itu kuliah terakhir.

Akhirnya Wulan pun bangkit dan mengajak Felicia pulang mengingat hari sudah malam
“Yuk kita sambil jalan aja ngobrolnya, udah malem gini, jadi serem nih” ajaknya.
“Kak, bisa bantu saya satu hal lagi ga ?” tanya Felicia lagi, kali ini dia mendekati Wulan, digenggamnya kedua lengan dosennya itu sambil menatap matanya.
“Nggg…eh ada apa lagi sih Ngel ?” Wulan jadi gugup karena sikap mahasiswinya itu
Suasana hening beberapa detik, keduanya saling tatap sebelum tiba-tiba Felicia memagut bibir dosennya itu. Wulan tersentak kaget, dia melepaskan ciuman itu dan melotot memandangi Felicia.
“Fel…kamu…mmmhh!” sebelum sempat menyelesaikan kata-katanya Felicia sudah kembali menciumnya.
Wulan sempat berontak selama beberapa saat namun ciuman dan belain Felicia pada daerah sensitifnya membuat gairahnya naik, baru kali ini dia melakukannya dengan sesama jenis, dirasakannya kenikmatan yang berbeda yang menggodanya untuk meneruskan lebih jauh.

Rangsangan dari dalam dirinya dan menyebabkan Wulan pun menyambut ciuman mahasiswinya itu. Lidah mereka bertemu, saling jilat dan saling membelit. Sementara itu tangan Felicia meremas lembut payudara Wulan dari luar kemeja, Wulan sendiri sudah mulai berani mengelus punggung Felicia, tangan satunya mengelus pantatnya yang masih terbungkus rok ketat warna hitam. Keduanya terlibat dalam ciuman penuh nafsu selama lima menit, dan ciuman Felicia pun mulai turun ke lehernya.
“Sshhh…kurang ajar juga kamu fel !” desisnya dengan nafas memburu.
Felicia mulai menciumi pundak Wulan sambil kedua tangannya memegangi kerah blouse lengan panjangnya yang berleher lebar itu dan mulai memelorotinya sehingga bra putih di baliknya terlihat, dia turunkan juga cup bra itu hingga terlihatlah sepasang gunung kembarnya yang membusung kencang. Jari-jari lentik Felicia mengusapinya dengan lembut sehingga Wulan pun hanyut dalam kenikmatan.

“Gimana Kak, asyik kan ? kak hanif jadi tambah cantik kalau lagi horny gitu loh” Felicia tersenyum nakal sambil memilin-milin kedua puting dosennya.
“Mmhh…eengghh…udah dong Fel, sshh…ntar ada yang tau !” desahnya merasakan kedua putingnya makin mengeras.
“Tenang kak, disini aman kok, ini kan tingkat empat, kita have fun bentar yah !”
Kemudian Felicia mencumbui payudara Wulan, lidahnya menyapu-nyapu puting kemerahan yang sudah menegang itu. Wulan hanya bisa mendongak dan mendesah merasakan nikmatnya. Tangan Felicia sudah mulai menyingkap rok ketat Wulan dan merabai pahanya yang putih mulus itu.
“Hhhssshh…eeemmmhh !” Wulan mendesis lebih panjang dan tubuhnya menggelinjang ketika tangan Felicia menyentuh kemaluannya dari luar celana dalamnya.
Seperti ada getaran-getaran listrik kecil yang membuat tubuhnya terasa tersengat dan tergelitik saat jari lentik Felicia menyusup lewat pinggir celana dalamnya dan menyentuh bibir vaginanya, daerah itu jadi basah berlendir karena sentuhan-sentuhan erotis itu.

Kenikmatan mereka tiba-tiba dibuyarkan oleh suara pintu dibuka, seseorang muncul dari sana sambil tertawa-tawa.
“Hahaha…bagus-bagus, adegan yang hebat, Bu Wulan yang terpelajar dan soleha itu ternyata begini kelakuannya di luar jam kuliah, hebat sekali !” Robert, si penjaga kampus bejat itu tertawa dan bertepuk tangan
Wulan pun refleks melepaskan diri dari pelukan Felicia dan merapikan pakaian dan jilbabnya dengan tergesa-gesa, wajahnya memerah menahan malu.
“Saya pernah baca di tata tertib kampus bahwa kalau ada ketahuan mahasiswa yang berbuat tidak senonoh di kampus akan dipecat, tapi sekarang dosen yang harusnya ngasih teladan malah berbuat gini, wah-wah mau jadi apa nih bangsa ini kalau pendidiknya saja kaya ini !” tambahnya sambil geleng-geleng kepala.
“Eehhmm…maaf Pak kita sedikit khilaf, ini ada sedikit uang rokok buat Bapak, anggap aja yang tadi ga ada yah Pak !” Wulan berbicara agak gugup dan mengambil selembar limapuluh ribuan dari tasnya.

“Aahh, simpan saja uang Ibu itu, supaya rahasia Ibu aman saya cuma mau…!” Robert menatapi tubuh Wulan dari atas sampai bawah sebagai ganti kata-katanya yang tidak diteruskan. Tatapan matanya sangatlah mesum dan membuat kedua wanita itu merinding.
“Jangan yang engga-engga lah Pak, ini ambil atau nggak sama sekali !” Wulan yang mengerti apa kemauan Robert dengan kesal menjatuhkan lembaran uang itu ke bangku di dekatnya. “Lagian siapa sih yang bakal percaya omongan Bapak, paling juga dianggap gosip murahan, jadi jangan mimpi , ayo Fel kita pulang !” tambahnya sambil mengambil tasnya bersiap untuk meninggalkan ruangan. Terlihat sekali dia bersikap judes untuk menutupi kegugupannya.
“Tapi kalo disertai bukti ini tentunya bakal jadi gosip mahal kan ?” Robert mengeluarkan smartphone itu dari sakunya dan menunjukkan beberapa gambar adegan lesbian barusan.
Kontan saat melihat itu semua Wulan kaget sekali, dia tertegun sesaat berharap ini hanyalah mimpi.

“Bajingan !” bentaknya, Wulan naik darah dan mau merangsek ke depan namun Felicia menahannya.
“Hahaha…marah ya ? kenapa ga marahin juga perek di sebelah Ibu itu, dia kan juga ikutan dalam rencana ini ?” Robert mengejek dengan senyum kemenangan.
“Hah…Felicia, jadi kamu…?” Wulan tercekat seakan tidak percaya semuanya.
Jelaslah kini bahwa yang terjadi sejak bubaran kelas tadi sudah diatur dalam rencana jahat Robert, Felicia yang sudah menjadi budak seksnya hanyalah pion untuk menjebak dosennya itu dan diam-diam Robert mensyuting mereka dari lubang angin di atas pintu ketika mereka bermesraan tadi.
“Maafin saya Kak, saya juga dijebak dan dipaksa jadi gak ada pilihan lain” Felicia tertunduk tak berani melihat wajah dosennya dan terisak.
“Nah, sekarang gimana nih keputusannya Bu, saya yakin Ibu juga masih konak gara-gara tadi sempat tanggung, ya ga ?” Robert mulai berjalan mendekatinya.

Tiba-tiba Felicia maju ke depan menghalangi Robert yang hendak memeluk Wulan.
“Pak, saya rela Bapak perlakukakan apapun, tapi tolong jangan libatin Kak Wulan, dia itu orang baik !” mata Felicia yang berkaca-kaca saling tatap dengan Robert dan memohon padanya.
Robert hanya menyeringai membalas tatapannya, diangkatnya dagu gadis itu, tiba-tiba…’plak !’ sebuah tamparan mendarat di pipinya. Felicia limbung ke belakang dan Wulan sempat menjerit kecil sambil mendekap tubuh mahasiswinya itu.
“Masih mau jadi pahlawan, heh ?” kata Robert, dengan santainya dia meraih sebuah bangku dan duduk disana.
“Non Felicia, sini !” perintahnya
Wulan menatap mahasiswinya itu seraya menggelengkan kepala seolah mengatakan ‘jangan turuti dia’, namun Felicia malahan melepas genggaman tangan dosennya dan berjalan ke arah pria setengah baya itu.
“Maaf !” cuma itulah yang terucap dari mulutnya.

Kini Felicia telah menjadi salah satu budak seks Robert yang mau tidak mau menuruti apa yang dikehendaki Robert terhadapnya. Sejak diperkosa di basement parkir beberapa bulan yang lalu, beberapa kali Robert kembali melampiaskan nafsu binatangnya padanya baik dalam seks kilat, oral seks, maupun hubungan badan sepenuhnya. Lama-lama dirinya pun mulai menikmati disamping ada perasaan malu dan bersalah juga pada pacarnya. Robert kini membuka lebar pahanya dan disuruhnya gadis itu berlutut di depannya. Kemudian dia memberi syarat dengan menggerakkan bola matanya ke bawah.
“Sekarang?” Felicia yang sudah tau apa yang diinginkan Robert sepertinya ragu melakukannya.
“Iya dong Non, biar dosen kamu tahu enaknya, kita ajarin juga dia caranya !”

Seolah dihipnotis, Felicia pun mulai membuka resleting celana Robert dan menurunkan celana dalam di baliknya sehingga tersembullah penis yang sudah mengacung tegak itu.
“Felicia, hentikan !” Wulan berseru mencegah hal lebih lanjut.
“Lho kok Ibu main larang-larangan sih, orang dianya sendiri yang mau kok, tuh liat !” kata Robert “Ayo Non, sekarang mana servisnya, ayo jangan malu-malu, dia juga nanti ikutan kok !”

“Ya Tuhan, Felicia…kenapa…kenapa !?” Wulan terperangah sampai membekap mulutnya sendiri melihat mahasiswinya mulai mengoral penis Robert, tangannya yang mungil itu sesekali mengocoknya, yang lebih gila dia juga terlihat begitu menikmatinya, padahal dirinya sudah merinding melihat penis hitam bersunat yang kepalanya agak merah itu.
“Aahh…enaknya, lihat sendiri kan Bu, murid Ibu aja ketagihan sama kontol saya” Robert mengelus rambut Felicia menyuruhnya terus mengulum “Cepetan Bu gimana keputusannya, mungkin Ibu gak takut risiko perbuatan Ibu tadi, tapi apa Ibu gak kasian kalo gambar-gambar syur murid Ibu ini tertempel di papan pengumuman ?”
Felicia terhenyak dan menghentikan kulumannya
“Heh, siapa suruh berhenti, cepet terusin ! jangan ikut campur !” bentak Robert menyuruh Felicia meneruskan kegiatannya.
“Iya-iya, oke, saya menyerah Pak, tapi tolong jangan mempersulit dia lagi !” jawab Wulan panik “dan tolong, jangan omong apa-apa tentang semua ini” tambahnya gugup.
“Nah, gitu dong Bu, baru namanya dosen yang baik, ayo dong, sini mendekat kalau memang setuju !” Robert melambaikan tangan menyuruhnya mendekat.

Wulan berhenti di sebelah Robert, perasaannya luar biasa galau, marah, jijik, dan takut, namun dia juga mulai terangsang melihat Felicia mengoral Robert di depan matanya. Semua dia lakukan karena tidak ada pilihan lain untuk menutupi aibnya, juga demi muridnya. Darahnya berdesir ketika tangan kasar itu meraih betisnya, tangan itu terus naik mengangkat roknya dan mengelusi pahanya yang mulus.
“Paha yang indah, pasti waktu Ibu ngajar mahasiswanya ngebayangin bisa ngeliat ke dalam sini heheheh !” celoteh Robert
Wulan hanya memalingkan wajahnya ke samping dengan perasaan sangat terhina dengan perlakuan seperti itu. Sikap pasrahnya membuat Robert makin menjadi, tangannya makin menjalar ke atas hingga meremas pantatnya.
“Wuih, montok amat sih Bu, betah deh saya lama-lama di kelas kalo jadi murid Ibu” katanya mengagumi keindahan tubuhnya “dibuka aja Bu roknya, biar lebih afdol !”

Robert mengulurkan tangannya yang satu untuk membuka ikat pinggangnya dan disuruhnya Wulan membuka resletingnya di belakang. Dengan berat hati Wulan pun membuka resletingnya hingga rok itu meluncur jatuh. Setelah rok itu lepas, maka yang nampak adalah sepasang paha jenjang Wulan yang mulus dengan celana dalam pink menutupi daerah terlarangnya. Robert lalu merangkul pinggang ramping itu membawa tubuhnya lebih mendekat. Paha mulus itu lalu dia ciumi inci demi inci sementara tangannya mengelusi paha yang lain. Wulan merinding merasakan sapuan lidah dan dengusan nafas pria itu pada kulit pahanya, libidonya makin naik apalagi melihat Felicia yang tengah menjilati kepala penis itu sambil memijit zakarnya.
“Ssshhh…!” sebuah desisan keluar dari mulutnya ketika jari Robert menyentuh bagian tengah celana dalamnya.
Secara perlahan Robert menurunkan celana dalam itu hingga ke lutut, matanya nanar memandangi kemaluan Wulan yang masih rapat dan berbulu tipis itu.
“Pelan-pelan yah, usahain jangan cepat keluar, ntar dosen Non ga kebagian !” dia berpesan sejenak pada Felicia sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada vagina Wulan.

Selanjutnya Robert membenamkan wajahnya pada kemaluan Wulan, dengan rakus menjilati vaginanya. Tangan kirinya mengelusi paha dan pantatnya, terkadang jarinya iseng menyusup ke pantatnya.
“Aahhh…Pak…aahhh…jangan !” gadis berjilbab itu mendesah antara menolak dan menikmati saat lidah Robert menelusuri gundukan bukit kemaluannya
Tanpa disadari kakinya melebar sehingga memberi ruang lebih luas bagi Robert untuk menjilatinya. Tubuh Wulan seperti kesetrum ketika lidah Robert yang hangat membelah bibir kemaluannya memasuki liangnya serta menari-nari di dalamnya. Di tempat lain, Felicia juga makin terangsang melihat adegan Robert dengan dosennya, sambil menjilati penis Robert perlahan, dia juga meremasi payudaranya sendiri. Kedua buah pelir Robert sesekali diemutnya bergantian membuat pemiliknya keenakan, apalagi dengan dilayani dua wanita cantik ini. Wulan semakin tak kuasa menahan kenikmatan itu, dia bergerak tak karuan akibat jilatan Robert sehingga Robert harus memegangi tubuhnya.
“Pak…ahhh…oohh !” desahnya dengan tubuh bergetar merasakan lidah Robert memainkan klitorisnya.

“Mmmm….enak kan Bu ?” sahut Robert.”udah dulu ah, sekarang giliran Ibu yang mainin punya saya, ayo jongkok sini !” katanya seraya membuka paha lebih lebar.
Terus terang Wulan merasa sangat tanggung Robert menghentikan jilatannya, dalam hati kecilnya sebenarnya masih ingin menikmatinya, namun tidak mungkin dia memintanya lagi demi menjaga harga dirinya. Maka ketika disuruh Robert mengoral penisnya diapun tanpa diperintah dua kali berlutut di hadapan pemerkosanya.
“Eit-eit tunggu dulu Bu, bajunya dibuka aja biar enak” Robert melucuti baju Wulan yang baru berlutut di depannya, cup branya sudah melorot karena tidak sempat dinaikan waktu kepergok tadi sehingga langsung mempertontonkan payudaranya “Non juga, yang namanya ngentot mana enak pake baju !” katanya lagi pada Felicia
Felicia pun berdiri sejenak, pakaiannya satu-persatu terlepas dari tubuhnya sampai yang terakhir yaitu celana dalamnya. Diam-diam Wulan memperhatikan tubuh indah Felicia dan sempat membandingkan dengan dirinya, dia kagum dan iri dengan lingkar pinggang mahasiswinya yang lebih ramping darinya, namun dia juga merasa bangga dengan payudaranya yang lebih bulat dan membusung dibanding Felicia, bagaimanapun secara keseluruhan keduanya memiliki bentuk tubuh ideal.

Robert menarik tubuh Felicia yang telah polos dan didudukkan ke paha kirinya, dia mulai mengelusi payudaranya, putingnya dia pilin-pilin seperti malam mainan, tangan lainnya menyelusuri lekuk tubuh lainnya.
“Tunggu apa lagi Bu, sekarang giliran Ibu ngelayanin burung saya !” sahut Robert pada Wulan yang bengong menyaksikan mereka.
Dengan tangan gemetar dia melingkarkan telapak tangannya pada penis itu, basah dan mengkilap karena sisa ludah Felicia. Baru kali ini dia melihat penis secara langsung, bahkan milik tunangannya yang sedang S2 di Australia pun baru pernah dirasakan bergesekan dengannya ketika petting, namun belum pernah mencoba yang lebih jauh.
“Ayoh cepat, mau foto-fotonya dipajang apa ?” ulangnya tidak sabar sambil memencet payudara Felicia sehingga gadis itu merintih kesakitan.
Tidak tega melihat muridnya disiksa, dosen berjilbab itu mulai memasukkan kepala penis itu ke mulutnya. Robert mendesah merasakan kehangatan mulut ughty Wulan, sentuhan lidahnya memberi sensasi nikmat padanya. Dengan menahan jijik dia menjilati sekujur batang penis itu.

“Eeenngghh…aahh…aahh !” terdengar desahan Felicia yang payudaranya sedang dikenyot-kenyot si penjaga kampus itu, di vaginanya bercokol tangan kasar itu mengelusi serta mengocok liang kemaluannya.
Wulan menggerakan mata melihat ke atas, apa yang dia lihat di sana malah membakar nafsunya yang pelampiasannya dia curahkan dalam bentuk oral seks. Penis itu semakin mengeras dan berkedut-kedut di dalam mulut Wulan serta menebar rasa asin. Dia sendiri tidak tahu bagaimana dia bisa segila ini, namun situasi saat itu ditambah jilatan Robert yang tanggung tadi membuat gairahnya menggebu-gebu. Penis yang besar mengerikan itu tidak muat seluruhnya ke dalam mulutnya yang mungil, maka sesekali Robert menekan kepalanyayang tebungkus jilbab putih agar bisa masuk lebih dalam lagi
“Lagi Bu, kurang masuk, aahhh…yak gitu dong !” demikian katanya.
Sementara itu vagina Felicia makin banyak mengeluarkan cairan akibat kocokan jari Robert, cairan itu membasahi paha Robert tempatnya berpangku. Robert sedang asyik menjilati payudara kanan Felicia sampai basah kuyup oleh ludahnya, sengaja dia tidak menggigit maupun mengenyotnya dengan maksud mempermainkan nafsu gadis itu, dan benar saja Felicia mendesah makin tak karuan karenanya.

Rasa jijik yang tadinya begitu melingkupinya perlahan-lahan sirna, Wulan yang terkenal soleha mulai menikmati oral seks pertamanya, dimaju-mundukannya kepalanya seperti yang pernah dia dengar dari obrolan dengan teman-temannya, lidahnya menjilat memutar kepala penisnya, akibatnya Robert keenakan dan mengerang-ngerang.
“Uuaaahh…terus Bu, enak banget, harusnya Ibu jadi pelacur berjilbab saja daripada dosen hehehe !” ejek Robert
Kurang ajar sekali kata-kata itu, Wulan merasa harga dirinya direndahkan sebagai seorang wanita terhormat, berjiilbab, dan berprofesi sebagai pendidik pula, namun dia telah terpelosok ke dalam perangkap birahi ini, kini dia telah menjadi salah satu budak seks Robert. Tak lama kemudian, dengan tangan kiri tetap menggerayangi payudara Felicia, tangan kanannya menjambak jilbab Wulan serta menekannya ke selangkangannya. Mata Wulan membelakak, dia gelagapan karena mulutnya penuh sesak dengan penis, lebih kaget lagi ketika dirasakan cairan kental hangat memenuhi mulutnya, dia meronta hendak melepaskan diri namun kekuatannya tidak cukup untuk itu. Selama beberapa detik cairan itu menyemprot mulutnya, lalu Robert menarik lepas kepalanya dari penis itu, maka semprotannya yang belum habis pun mengenai wajahnya dan jilbabnya

Wulan langsung batuk-batuk begitu benda itu lepas dari mulutnya karena sempat tersedak dan baru pertama kali mengalami seperti itu. Aroma sperma yang menusuk itu membuatnya jijik dan ingin muntah.
“Non, bantuin tuh dosennya bersihin peju !” perintahnya pada Felicia.
Felicia pun berlutut di samping dosennya dan memegangi pundaknya.
“Maaf kak !” ucapnya diteruskan menjilati sperma Robert yang tumpah di wajahnya.
Dengan lidahnya Felicia membersihkan sperma yang menyiprat di pipi, hidung, dan dagu dosennya hingga akhirnya mulut mereka pun bertemu. Wulan mulai berani melingkarkan tangannya ke tubuh Felicia dan meraba punggungnya yang halus. Demikian juga Felicia, dia membuka kait bra Wulan yang sudah tersingkap sehingga bra tanpa tali pundak itu pun terjatuh. Perasaan malu, risih, dan lain-lain hilang karena kenikmatan yang terus menerpa tubuh, kedua wanita muda yang telah telanjang bulat itu berciuman dengan panasnya. Robert benar-benar telah menguasai mereka dengan menjadikan mereka menuruti apa saja fantasi dan hasrat gilanya, segaris senyum pun muncul di wajahnya melihat hasil perbuatan jahatnya.

Robert bangkit dan melepaskan seragam karyawannya, terlihatlah tubuhnya yang berisi dan bekas luka memanjang di dadanya yang menambah kesan sangar.
“Ayo-ayo, yang disini juga dibersihin, masih ada sisanya nih !” sambil menyodorkan penisnya yang masih basah pada mereka.
Robert mendesah merasakan sapuan lidah kedua wanita cantik itu pada penisnya, mereka berbagi mengoral penis itu, ada yang memasukkan ke mulut ada menjilati zakarnya. Cuma sebentar saja Robert memberikan penisnya dioral mereka, setelahnya dia mengangkat lengan Wulan hingga tubuhnya berdiri. Wulan disuruh nungging dengan tangan bertumpu pada meja, dia sudah merasakan benda tumpul menyentuh vaginanya dari belakang yang berarti sudah memasuki detik-detik akhir kehilangan keperawanannya. Kepala penis itu mulai masuk membelah bibir vaginanya perlahan-lahan, erangan Wulan mengiringi masuknya benda itu. Hingga suatu saat Robert mendorong keras penisnya hingga mentok.
“Aaahhkkkk….!!” Wulan menjerit dengan mata membelakak, sakit sekali rasanya pertama kali sudah ditusuk penis sebesar itu.

Robert juga melenguh panjang karena penisnya terasa terjepit kencang sekali oleh dinding vagina Wulan yang masih sempit. Dia mendiamkan dulu penisnya disana selama beberapa saat menikmati himpitan vaginanya sehingga Wulanpun memiliki waktu untuk beradaptasi dan menghirup udara segar.
“Ternyata Ibu emang dosen yang solehah yah, murid ibu si perek itu aja waktu saya entot udah jebol duluan, tapi Ibu masih perawan, enak banget loh, huehehe…!!” kata-kata Robert membuat telinga Wulan dan Felicia panas.
Penis itu rasanya sungguh menyesakkan bagi Wulan, tapi terus terang barang itu juga menuntaskan hasratnya yang sempat tertunda tadi. Perlahan Robert mulai menggenjotnya, dengan bantuan cairan kewanitaan dan ludah penisnya keluar masuk lebih lancer. Tanpa dapat disangkal Wulan mulai merasakan nikmat yang tak terlukiskan disamping rasa perih tentu saja. Sambil menggenjot, Robert juga meremasi payudara Wulan yang menggantung, putingnya dia main-mainkan sehingga nafsu Wulan makin meningkat saja.

Di tempat lain, Felicia berdiri dengan tangannya membelai-belai vaginanya sendiri menyaksikan dosennya diperkosa di depan matanya sendiri. Dalam hatinya berkecamuk berbagai perasaan, di satu sisi dia merasa kasihan melihat dosennya yang ramah dan begitu dekat dengan anak didiknya harus mengalami nasib serupa dengan dirinya dan dia tidak berdaya untuk menolongnya malahan turut andil menjebaknya, namun disisi lain dia juga begitu terangsang melihat penis yang sering menusuknya itu keluar masuk di vagina Wulan yang masih sempit. Secara naluriah, Felicia naik ke tengah meja menghadap Wulan, kemudian kedua pahanya dia buka.
“kak, tolong yah…saya gak tahan !” pintanya dengan dua jari membuka bibir vaginanya.
Dorongan birahi yang tinggi menyebabkan Wulan mendekatkan wajahnya ke selangkangan muridnya itu, lidahnya pun menyentuh bibir vagina yang merah merekah itu sehingga pemiliknya mendesah.
“Sshhh…uuummm….aaahhh !” desah Felicia menikmati jilatan dosennya pada vaginanya “Emmhh…yahh…disitu kak, terusin…aaahh !” desisnya lagi ketika lidah Wulan bertemu klitorisnya.

Wulan membuka pahanya lebih lebar seiring dengan sodokan Robert yang semakin ganas agar tidak terlalu perih. Selain itu dia juga mulai menggerakkan pinggulnya mengikuti irama goyangan Robert. Sementara di atas meja, Felicia mendesah makin tak karuan oleh jilatan-jilatan Wulan pada vaginanya, tangannya meremasi dan memainkan putingnya sendiri. Tak lama kemudian, diapun orgasme dengan melelehkan cairan bening dari vaginanya membasahi meja, awalnya Wulan merasa aneh begitu cairan itu keluar, sebelumnya belum pernah dia merasakan cairan sesama jenisnya, tapi gelombang birahi yang menerpanya menggerakkan dirinya menjilati cairan itu. Nafas Felicia nampak ngos-ngosan sehingga dadanya turun-naik akibat orgasme yang dialaminya. Hal serupa juga mulai dirasakan Wulan, otot-otot vaginanya terasa berkontraksi lebih cepat seperti ada yang mau meledak di bawah sana, cairan yang keluar dari sana juga sepertinya semakin banyak. Akhirnya tubuhnya benar-benar mengejang semua bersamaan dengan erangan panjang, cairan kewanitaan meleleh dari vaginanya tanpa terbendung membasahi paha dalamnya, cairan itu kemerahan karena bercampur darah keperawanannya.

Selanjutnya, Robert membaringkan tubuh Wulan di lantai yang dingin lalu dia menindihnya. Diciuminya Wulan dengan penuh nafsu. Hhmmphh….Wulan gelagapan dan mencoba mendorong badannya tapi tidak mampu. Lidah Robert terus menyapu-nyapu bibirnya yang tipis dan akhirnya memasuki mulutnya, liurnya pun tercampur dengan liur Wulan. Bau nafasnya yang tidak sedap membuat Wulan terganggu, tapi itu tidak lama karena Robert dengan lihainya membangkitkan kembali gairah Wulan dengan menggerayangi tubuhnya, ditambah lagi desahan Felicia yang bermasturbasi di atas meja. Naluri seks Wulan bereaksi dengan mengimbangi serbuan mulut Robert, digerakkannya lidahnya membalas lidah Robert yang menjelajahi mulutnya. Sesaat kemudian, mulut Robert turun ke dadanya dan langsung menyambar putingnya, tangannya mempermainkan payudaranya yang satunya. Dengan cepatnya nafsu Wulan naik lagi, dia mendesah sambil menggigiti jari, sesekali merintih kalau Robert menggigitnya. Sebentar saja wilayah dada Wulan sudah basah bukan cuma oleh keringat tapi juga oleh air liur Robert.

Robert membuka kedua belah paha Wulan dan menempatkan dirinya diantara kedua pahanya hingga alat vital mereka bersentuhan. Tangannya mengarahkan penisnya yang besar itu ke sasarannya yang telah pasrah. Badan Wulan bergetar begitu penis itu kembali menusuknya, tangannya mencengkram erat bahu Robert. Robert merasa sangat puas melihat ekspresi wajah Wulan yang meringis dan merintih-rintih, Robert melakukannya dengan kombinasi kasar dan halus yang tepat sehingga Wulan menikmati hubungan badan pertamanya ini. Setelah masuk sebagian, Robert menekan pantatnya hingga penisnya pun terdorong masuk ke vagina Wulan.
“Aaaa…aaauuhhh !” terdengar jeritan kecil kesakitan yang bercampur nikmat.
Robert pun mulai menaik-turunkan tubuhnya diatas tubuh telanjang Wulan. Wulan menggigit bibir bawah menahan nikmat, sesekali mulutnya mengeluarkan desahan. Tanpa disadari tangannya memeluk Robert, si pemerkosa itu, kedua kakinya juga melingkari pinggang Robert seolah mengisyaratkan ‘terus Pak, masukin lebih dalam please’. Bibir tebal Robert menelusuri leher jenjangnya, meninggalkan jejak ludah dan cupangan, selain itu lidah itu juga menggelikitik telinganya.

“Aahh…ahhh…memek Ibu enak banget, baru tau enaknya ngentot kan, heh dosen perek uuhh…mmmhh !” kata Robert dekat telinganya.
Wulan sudah tidak mempedulikan lagi hinaan yang merendahkan dirinya itu, sebaliknya kata-kata itu seperti mantra yang meningkatkan gairahnya dan membuatnya patuh bagaikan budak, dan itulah kenyataannya, dia telah menjadi budak seks Robert yang harus patuh dan bersedia diapakan saja. Wulan sempat menggulirkan bola matanya untuk melihat keadaan Felicia, mahasiswinya, dia menemukan Felicia diatas kursi sedang mengeluar-masukkan ujung bolpen yang tumpul ke kemaluannya, tangan satunya meremasi payudaranya sendiri sambil menyaksikan dirinya digumuli. Wajah Felicia yang putih itu merona merah akibat terangsang berat. Robert semakin cepat menggerakkan pinggangnya naik turun, nafas keduanya memburu dan mendesah tak karuan.
“Aahhh…aahhh !!” akhirnya Wulan kembali mencapai klimaksnya, vaginanya semakin banjir saja karenanya.
Gelombang orgasme bagaikan mengangkatnya ke langit ketujuh, matanya merem-melek tidak tahu bagaimana lagi mengekspresikan kenikmatan itu selain dengan desahan panjang.

Sepertinya Robert mengerti keadaan Wulan yang sudah kelelahan, dia pun mencabut penisnya yang masih tegak dari vagina Wulan. Dipanggilnya Felicia mendekat lalu disuruhnya berposisi doggie, begitu juga Wulan yang masih lemas diaturnya hingga menungging bersebelahan dengan Felicia. Kali ini dia menusuk vagina Felicia sedangkan jarinya mengaduk-aduk vagina Wulan. Kemaluan Felicia yang sudah basah berlendir menyebabkan penis Robert tambah kencang sodokannya. Erangan kedua wanita itu memenuhi ruang itu bahkan terdengar keluar dalam jarak dua ruang kelas, namun siapa yang mengetahui apa yang terjadi di ruang itu, pada saat itu sudah tidak ada siapapun disana, satpam pun hanya berjaga di pos depan yang jauh dari situ. Tidak sampai sepuluh menit Felicia yang sejak tadi terangsang berat mencapai orgasmenya, tubuhnya mengejang disertai desahan panjang. Robert melepaskan penisnya dan Felicia pun terkulai lemas di lantai, kembali dia beralih ke Wulan. Hari itu Robert memperlakukan Felicia sebagai menu sampingan karena dia masih ingin merasakan kenikmatan lebih jauh dengan menu utama atau mainan barunya, Wulan.

Kini disuruhnya Wulan dalam posisi merangkak di atas tubuh Felicia yang dia telentangkan. Buah dada keduanya bertemu dan saling menghimpit, Robert mulai menghentakkan tubuhnya yang telah menyatu dengan Wulan. Aahh…nikmatnya, Wulan merem-melek menikmati sodokan Robert yang dengan puas menggarapnya. Dengan Felicia dia berpelukan dan saling memagut bibir, keduanya beradu lidah dengan liarnya. Lagi enak-enaknya menikmati genjotan dan ciuman, Wulan merasa rambutnya ditarik, lengan Robert satu melingkari dadanya juga menariknya ke belakang. Robert mendudukkan diri di lantai sehingga kini Wulan berada di pangkuannya dengan memunggunginya. Awalnya Robert menyentak pinggulnya agar penisnya menyodok-nyodok vagina Wulan, namun setelah dua menitan Robert menghentikannya dan kini malah Wulanlah yang dengan sendirinya menaik-turunkan tubuhnya dengan bersemangat. Dia juga membiarkan Robert mencupangi leher dan bahunya, di depannya Felicia juga ikut mengenyot payudaranya sambil menggosok-gosok kemaluannya sendiri. Dengan mata terpejam, Wulan menghayati permainan itu, mulutnya terus menceracau tak jelas.

Tak lama kemudian kembali gelombang orgasme melandanya, daerah selangkangannya semakin basah karenanya. Robert terus menekan-nekan tubuh Wulan selama beberapa saat ke depan sampai akhirnya dia pun memenggeram dan memeluk erat Wulan. Sesuatu yang hangat terasa di dalam kemaluannya, ya, cairan sperma Robert memang sudah mengisi rongga kewanitaannya, sebagian berleleran ke luar bercampur dengan darah dan cairan vagina. Di saat itu juga Felicia juga mencapai kepuasan hasil gesekan dengan jarinya sendiri, jari-jarinya yang lentik telah basah oleh cairan itu. Setelah puas dengan kehangatan tubuh Wulan, Robert melepas pelukannya sehingga Wulan tergolek lemas. Setelah reda birahinya, Wulan baru mulai didera penyesalan telah mengkhianati tunangannya dan terjerumus ke dalam perangkap seks ini, bahkan sempat menikmatinya. Sekalipun dia seorang wanita yang tegar, saat itu air matanya mengalir tanpa bisa ditahan. Felicia mengangkat punggungnya dan menyandarkannya pada tubuhnya dengan maksud menenangkannya, dalam pelukan Felicia lah Wulan menangis terisak-isak. Sementara Robert melihat mereka sambil merokok dan menyeringai puas.

Sejak malam itulah kehidupan Wulan berubah seperti halnya para korban Robert lainnya. Di satu waktu dosen yang solehah & terpelajar, wanita-wanita muda yang menikmati hari-hari mereka, wanita yang menjadi teman atau pacar yang baik, namun di lain waktu, ketika ponsel mereka berbunyi atau ketika isyarat dari pria setengah baya itu muncul, mereka harus siap menjadi mesin pemuas nafsu binatang yang entah sampai kapan berakhir, karena merekapun telah terjerat dalam hasrat terliar mereka sendiri. Akankah lingkaran setan ini bertambah besar seiring dengan aksi Robert yang makin merajarela ? Akankah muncul seorang pahlawan yang akan membebaskan wanita-wanita malang ini kelak ? Belum ada yang bisa menjawabnya, setidaknya untuk sekarang.

Comments

Popular posts from this blog

THE ADVENTURE OF ROBERT (TWINS EFFECT)

Pengantin Alim yang Binal

belanja bareng Pak RT