Puspa: Boss Suami
Puspa
“Jika anda
memesan sekarang, anda akan mendap…”
Sisa iklan itu langsung terpotong begitu Puspa matikan tv. Dia sandarkan kepalanya
pada sofa dan medesah pelan. Dia melirik pada jam di dinding, Robert sudah
terlambat satu jam. Robert sedang dalam perjalanan bisnis, sebuah kontrak yang
penting. Sebuah kontrak yang diharapkan akan membuat mereka kaya. Puspa tak mau
turut pergi, perjalanan bisnis bukanlah kesukaannya. Robert telah pergi selama
seminggu dan disamping sudah teramat merindukannya, birahinya juga jadi
bergejolak tinggi. Sudah seminggu dia tak dapatkan sex. Telah dia coba
vibrator, namun sepertinya itu tak lagi memuaskan hasratnya. Yang dia butuhkan
adalah sebuah interaksi membara nan erotis. Dua minggu telah berlalu sejak
perselingkuhan terlarangnya dengan Alan. Puspa ingin menghubunginya untuk
menuntaskan hasrat birahinya, tapi Alan sedang berlibur ke luar negeri dan dia
baru kembali di akhir bulan. Itu artinya masih dua minggu lagi! Robert
menelponnya seusai meeting siang tadi dan mengatakan kalau dia sudah berhasil
mendapatkan kontraknya. Dia berpesan agar Puspa berdandan dan bersiap-siap agar
mereka bisa keluar malam ini, tapi hingga sekarang, Robert masih belum kembali.
Itulah kenapa saat ini Puspa sudah berdandan rapi. Dia kenakan cocktail dress
pendek warna hitam dengan dua buah tali penahan kecil di bahu, yang melekat
pada lekuk tubuhnya, menekan dadanya yang begitu membusung. Dia juga memakai
high heels hitam yang memperbesar daya tarik seksualnya. Diakhiri dengan bra
dan celana dalam berenda juga berwarna hitam. Bra tersebut menekan kedua buah
dadanya hingga menciptakan pemandangan menggiurkan dari belahan dadanya. Dia
terlihat memukau seperti biasanya. Rambut hitamnya yang lurus tergerai hingga
punggung, pahanya yang putih mulus terlihat sempurna mengintip dari gaun yang
hanya seatas lutut. Dia merasa begitu horny, tapi dia coba mengendalikan
birahinya agar tidak terjebak untuk coba menggoda pria siapa saja yang datang,
biarpun itu hanya seorang loper koran. Baru saja dia memikirkan bagaimana cara
untuk menuntaskan hasratnya malam ini, terdengar suara bel pintu depan.
Langsung dia berdiri, buah dadanya yang besar memantul kenyal, lembut namun
kencang. Dengan sedikit berlari dia menghambur ke pintu, sambil berusaha
merapikan gaunnya. Perlahan dia buka pintu depan, berharap yang datang adalah Robert.
Puspa merasa sedikit terkejut dan juga kecewa, tak dia harapkan kedatangan pria
yang sedang menatapnya sekarang ini. Jacob adalah bosnya Robert. Seorang pria
yang baik hati Orang Papua yang memiliki kharisma pemimpin yang mumpuni, itulah
yang sering dia dengar tentang boss suaminya ini. Sering dia sumbangkan uangnya
untuk amal dan bahkan memiliki tempat penampungan untuk para lansia dan anak2
yatim piatu yang tersebar di banyak tempat. Seorang pria yang dihormati dan
disukai banyak orang. Dia bukanlah seorang kaya yang hanya bergaul dengan
sesama orang kaya saja. Jacob bergaul dengan semua kalangan, kaya maupun miskin.
Semua orang menyukainya, kecuali Puspa.
Tapi dia
memiliki sifat yang sedikit genit, Saat acara pesta kantor hampir satu tahun
yang lalu, Jacob telah mencubit pantatnya dan berusaha berdansa dengannya dan
melakukan tindakan yang sedikit lebih ‘tidak formal’. Bukannya Puspa keberatan
untuk sedikit beramah tamah maupun bersikap genit pada orang, tapi tuan Jacob
bukanlah pria impiannya. Jacob telah berusia 56 tahun, rambut keriting khas
timur sedikit beruban, hidung besar, pendek dan kelebihan berat badan. Pakaian
yang dia kenakan selalu terlihat hampir meledak robek. Dan saat ini, dia
berdiri di hadapan Puspa dengan menyeringai, dengan terang-terangan memandangi
tubuh Puspa.
“Pak Jacob! Apa yang bisa saya bantu?” tanya Puspa menyembunyikan rasa terkejut
dalam suaranya.
“Puspa. Terlihat cantik seperti biasanya.” Jawab Jacob dengan seringai konyol
di wajahnya.
Puspa
sedikit mundur ke belakang pintu. “Robert menelponku sehabis meeting siang tadi
dan dia bilang kalau dia berhasil mendapatkan kontraknya. Tentulah aku merasa
senang untuknya dan kusuruh dia mampir ke tempatku untuk minum, tapi dia
memaksaku yang datang kemari saja. Apa dia ada?”
“Tidak, dia belum datang. Seharusnya dia sudah pulang satu jam yang lalu tapi
sampai sekarang belum juga datang dan dia belum telpon juga.” Jawab Puspa.
“Ahh, dia bilang kalau dia belum pulang, ada masalah penerbangan katanya. Dia
menyuruhku untuk menunggunya dan kamu yang akan menemaniku.” Senyumnya semakin
lebar dalam kata terakhirnya.
“Dia tak bilang padaku.” Jawab Puspa, “Kurasa sebaiknya anda masuk saja.”
Puspa mundur ke belakang pintu dan membiarkan sang pria tua ini masuk. Tak akan
mau dia berjalan di hadapan pria ini dan memberinya alasan agar dapat
memandangi pantatnya.
Setelah Jacob masuk, Puspa menutup pintu dan mengikutinya menuju ke ruang
tengah. Jacob duduk di sofa di seberang kursi. Sebuah meja ditengahnya, tv di
sebelah kiri dan sofa yang lainnya di depannya. Puspa memegangi roknya saat
duduk di kursi.
“Dasar pria
tua cabul!” batinnya, “Aku seumuran anaknya.”
Mereka duduk dalam diam untuk beberapa lama. Puspa memandang ke arah lain
setiap kali Jacob menatapnya.
“Mau minum?” tawar Puspa, mencoba cari alas an untuk pergi.
“Yeah, boleh.” Jawab Jacob.
Puspa berdiri dan merutuk dirinya sendiri karena sudah membungkuk terlalu
dalam, lalu dengan cepat dia melangkah ke dapur.
Dibukanya kulkas dan mengeluarkan sebotol bir, setelah membuka tutupnya, dia kembali ke ruang tengah, disodorkannya pada boss suaminya ini. Jacob menahan botol bir itu dalam genggaman tangan Puspa saat dia menyodorkan padanya. Puspa tarik tangannya dan mundur. Jacob meneguknya sedikit lalu menaruhnya ke atas meja di depannya. Saat dia berdiri, tingginya sedikit lebih pendek dari Puspa. Dia berjalan mendekat, Puspa tak mau menjauh.
“Brengsek, ini rumahku. Tak akan kubiarkan dia mengalahkanku di rumahku sendiri.” Pikir Puspa.
Jacob berhenti dan mengulurkan tangannya pada Puspa.
“Boleh aku
mengajakmu dansa sekali saja Puspa?” Tanya Jacob dengan penuh sopan.
“D..d.. dansa?” Puspa tergagap tak percaya.
“Ya, sekali saja.” Jawab Jacob dengan tersenyum.
Puspa merasa bimbang, mungkin pria ini tak sepenuhnya kurang ajar.
“Sekali saja.” Jawab Puspa ketus.
Jacob menyambut uluran tangan Puspa, yang terlihat sangat sexy malam ini. Tiap
kali dia berjumpa dengannya, dia selalu terlihat menawan, tapi dalam balutan
gaun ini, keseksiannya memancar keras dan begitu menggiurkan… untuk disantap.
Dengan lembut ditariknya tubuh Puspa dalam dekapannya. Rencananya mungkin saja
berhasil, pikir Jacob. Dia telah merencanakan untuk mengajak Puspa berdansa,
pura-pura jatuh ke sofa dengan tak sengaja dan sedikit merabai tubuhnya saat
itu terjadi. Itu mungkin saja berhasil. Dengan satu tangan di pinggang Puspa,
dipegangnya tangan Puspa yang satunya dengan kencang dan memeluk tubuhnya
dengan erat. Buah dadanya yang besar sedikit bergesekan dengan dadanya dan Jacob
ingin memeluknya erat, menidurkannya di lantai dan menyetubuhinya dengan buas.
Tapi Jacob sadar kalau Puspa akan melawannya, tidak, memegang buah dadanya,
akan terlihat tanpa sengaja saat jatuh. Mereka berdansa beberapa langkah, lalu
tambah beberapa langkah lagi, sedikit berputar dan beberapa putaran lagi. Dia
pintar dansa, dia pasti pintar semuanya, pikir Jacob. Setelah beberapa saat,
dia putar tubuh Puspa hingga kini punggungnya menyandar pada tubuh Jacob, Puspa
mulai menikmati ini. Kemudian Jacob bisa merasakan sofa tempat duduknya tadi
menyentuh kakinya dan membuat kakinya tertekuk. Dia jatuh ke belakang, ke atas
sofa, membawa tubuh Puspa dalam jatuhnya. Tapi sesungguhnya ini bukan cara
jatuh yang dia rencanakan.
Puspa jatuh bersama tubuh Jacob, mendarat di pangkuan Jacob yang jadi terduduk sekarang. Dia jatuh terhempas tepat dalam pangkuan Jacob, mendudukinya. Bisa dia rasakan sesuatu yang keras menekan selangkangannya. Rasa terkejut karena jatuh, membuatnya hanya diam saja, otaknya sedang merespon apa yang telah terjadi. Setelah agak tenang, dia sadari kalau Jacob masih tetap memegangi pinggangnya, dia sedang duduk dalam pangkuannya dan sesuatu yang keras sedang menekan tepat di vaginanya.
“Penisnya!”
batin Puspa, “Aku tepat menduduki batang penisnya!”
Tentu saja, mendapati wanita muda yang sensual sedang jatuh tepat di
pangkuannya, mendudukinya, langsung membuat Jacob ereksi.
“Aku harus berdiri!” Pikir Puspa.
Namun dia
tak bergerak sedikitpun. Merasakan ada sebatang penis yang keras menekan
vaginanya terasa begitu nyaman, apalagi sudah seminggu dia tak mendapat seks. Jacob
tak percaya kalau rencana jatuhnya bisa berjalan begtu sempurna. Memang cara
jatuhnya tadi salah, tapi ini jauh lebih baik dari yang dia harapkan dan apa
yang membuatnya jadi sempurna adalah kenyataan bahwa Puspa tak juga beranjak
dari pangkuannya. Dia pasti bisa merasakan ereksiku, pikir Jacob, dan dia
tentulah menyukainya. Hati Puspa menjerit untuk segera berdiri lagi. Dia tak
akan merasa keberatan menduduki batang penis pria lain, tapi ini milik pria
yang membuatnya muak, Jacob! Tapi ini terlalu terasa enak untuk ditinggalkan.
Dia gerakkan sedikit pantatnya hingga dapat dia rasakan obyek keras itu
menggesek vaginanya. Sepertinya itu membuat pria tua ini semakin birahi dan
batang penisnya jadi bertambah keras saja.
“Oh” Puspa tak bisa mencegah lenguhan kecil lepas dari mulutnya saat merasakn
sebatang penis keras tengah merangsangnya. “Sudah lama.” Batin Puspa.
Tangan Jacob semakin ketat memeluk pinggangnya dan menahan tubuh Puspa tepat di
batang penisnya.
“Hmmm, sekarang duduknya jadi lebih nyaman, kamu setuju kan nona Puspa?” tanya Jacob.
“Yeah” dia menjawab sebelum mampu berpikir.
Sepenuhnya berada dalam cengkeraman nafsu, Puspa jadi Benar-Benar lupa kalau
ini adalah pria yang diAlancinya. Yang dia rasakan hanyalah, ini sebatang penis
yang keras dan menggesek vaginanya dengan enak.
Perlahan Jacob
memantulkan lututnya hingga Puspa terlonjak di penisnya dengan lembut. Sodokan
lembut tersebut membuat Puspa merintih lirih dan birahinya semakin berkobar.
Menyadari kalau batang penis di bawahnya ini sedang berusaha melakukan
penetrasi terhadapnya, membuat Puspa lepas kendali.
“Kamu suka permainan kecilku?” Jacob menanyainya.
“Uh-uh” Puspa mengangguk.
“Kamu suka merasakan penis kerasku?” Tangan Jacob mencengkeram pinggangnya.
Sekarang tubuh Puspa terlonjak sedikit cepat.
“Mmm, yeah” Kini erangannya tak lagi pelan.
Apa yang
sedang dia lakukan, dia Alanci pria ini dan pria ini sama sekali tak membuatnya
terangsang. Tangan Jacob melepaskan pinggangnya dan perlahan merayap ke atas
untuk menangkap buah dada Puspa dari belakang. Dia memegangnya sejenak,
membayangkan bagaimana Bentuknya. Tubuh Puspa masih melonjak saat Jacob
memegangi kedua buah dadanya dari belakang. Membayangkannya semakin membuat Jacob
birahi dan dia memantulkan tubuh Puspa di pankuannya dengan cepat. Buah dadanya
memantul naik turun di balik gaunnya, dalam genggaman tangan Jacob. Puspa
merintih saat Jacob meremasnya. Jacob berhenti mengayunkan tubuh Puspa saat
terdengar bunyi telpon. Sekarang Puspa sudah teramat sangat horny. Jacob
meremasi buah dadanya dari belakang dan batang penisnya yang menyodok vagina Puspa
terus membesar hingga menambah tekanannya semakin keras saja. Kembali terdengar
dering telpon dan Jacob menghentikan gerakannya. Di satu sisi Puspa merasa
lega, namun di sisi lainyya dia mengharapkan agar Jacob meneruskan
perbuatannya. Birahinya membumbung tinggi. Puspa masih tetap duduk di pangkuan Jacob
saat dia berusaha menggapai telpon yang terletak di samping sofa. Sebuah telpon
cordless dan meempunyai layar LCD kecil, yang menunjukkan nama sang penelpon.
Di layar kecil itu tertera, ROBERT, yang berarti suaminya sedang menelpon lewat
hp-nya. Masih dengan tangan boss suaminya sedang memegang buah dadanya dan
penisnya yang keras menekan di bawah tubuhnya, Puspa menjawab telpon.
“Hallo?”
“Hai honey, ini aku” jawab Robert.
“Hai baby” jawab Puspa dan Jacob mulai meremas buah dadanya lagi, Puspa
berusaha keras menahan suara lenguhan yang sedikit keluar dari bibirnya.
“Honey, pesawatnya sudah mendarat, tapi aku masih menunggu taksi. Mereka bilang
ada kecelakaan di jalan dan membuat macet yang parah. Aku belum tahu kapan
sampai di rumah, mungkin satu jam lagi atau bisa jadi beberapa jam.” Robert
menjelaskan.
“Oh baby, I miss you. Aku sudah tak sabar menunggumu.” Jawab Puspa saat dengan
menggunakan buah dadanya, Jacob menarik tubuhnya ke belakang. Sekarang dia
bersandar pada tubuh Jacob. Kembali dia raba dan remas buah dada Puspa sembari
kepalanya bergerak ke depan untuk mencium leher Puspa lembut. “Oh” Puspa
mendesah pelan.
“Kamu
baik-baik saja honey?” tanya Robert cemas.
“Ya, aku baik-baik saja baby. Aku cuma lagi duduk di suatu yang keras, itu
saja.”
Mata Puspa
sekarang terpejam. Kepalanya menoleh ke arah boss suaminya dan bibir mereka
saling mengunci satu sama lain. Jacob melanjutkan serangannya terhadap Puspa
yang memegangi telpon di telinganya.
“Honey, aku lupa bilang padamu kalau bossku akan mampir untuk minum-minum, harusnya
dia sudah datang. Bisakah kamu menemaninya dulu sampai aku pulang?” Robert
bertanya dengan cemas. Dia tahu kalau Puspa tak suka pada bossnya.
Puspa menghentikan ciumannya, “Ya, baiklah baby.” Jawabnya.
Jacob terus meremas buah dadanya. Puspa manatap tangan gemuk yang terus meremasi buah dadanya dari luar gaunnya.
“Bossmu
sudah datang kok dan sekarang aku sedang menjamunya. Kelihatannya sih dia suka
kutemani.” Jawab Puspa.
“Baguslah, aku lega semuanya baik-baik saja. Kuusahakan pulang secepatnya honey.”
Jawab Robert.
“Aku sudah tak sabar menantimu baby.” Puspa merajuk.
Semua
kenyamanan yang tengah dia rasa telah merasukinya. Dia membutuhkan sebatang
penis dan dia menginginkannya sekarang juga. Dan ada sebatang tepat di bawahnya
sekarang ini. Lalu sebuah ide nakal hinggap di otaknya dan hanya memikirkan itu
saja hampir membuatnya mendapat orgasme. “Baby, Aku sangat kangen padamu, sudah
seminggu. Jangan tutup dulu telponnya, kita ngobrol sebentar, kamu mau kan?”
tanya Puspa dengan nada merajuk terbaiknya.
“Tentu sayang, aku juga kangen kamu, sudah tak sabar ingin keluar nih” jawab Robert
disusul dengan tawa kecilnya.
“Iih…” jawab Puspa manja. “Kuberikan telponnya pada bossmu sebentar. Aku mau
buat camilan dulu, nanti kita sambung lagi.”
“Baiklah baby” jawab Robert.
Puspa berputar di pangkuan Jacob, memaksanya untuk melepaskan genggamannya pada
buah dada Puspa. Dengan tersenyum dia berikan telpon pada Jacob, tapi saat
medekatkan telpon tersebut ke telinganya, Puspa berbisik di telinga sang pria
tua yang satunya lagi.
“Akan kuhisap penismu saat menelpon suamiku!”
Dan dengan senyum menggoda, dia berikan telpon tersebut pada Jacob.
Meluncur turun dari pangkuannya, ada sedikit kekecewaan di hati Puspa saat meninggalkan batang keras di bawah tubuhnya tersebut. Tapi sebentar lagi akan kudapatkan dalam mulut, batin Puspa. Kini Puspa berlutut di hadapan Jacob dan mulai membuka sabuk serta kancing celananya, dia dengar Jacob bicara dengan suaminya di telpon tentang ‘bagaimana istrinya menemaninya’ dan ‘ betapa menyenangkannya dia’ serta ‘dia Benar-Benar menyambutnya dengan baik.’ Puspa menurunkan celana beserta boxer Jacob dan jadi terkejut dengan yang dia lihat. Batang penis berukuran besar ini tak mungkin milik pria pendek dan gemuk ini. Bahkan ukurannya lebih besar dari milik Alan. Puspa mengangkat kepalanya dan memandang Jacob yang balas tersenyum padanya, lalu kembali ditatapnya sang monster dihadapannya tersebut. Dia coba genggamkan satu tangannya, dia jadi terperanjat saat jemari kecilnya tak sanggup menggenggamnya. Penis pria tua ini Benar-Benar monster. Dengan pelan Puspa mulai mengocok naik turun, dia menatap ke atas,
“Suka?”
“Sangat bagus” jawab Jacob dengan, “Oh, Puspa baru saja memperlihatkan
gambarnya.” Jacob menjawab Robert.
Puspa tersenyum, pada dirinya sendiri dan pada Jacob. Ini begitu nakal.
Tiba-tiba saja Jacob berkata, “Yeah, akan kuberikan padanya dulu.” Dan dengan
tersenyum disodorkannya telpon itu pada Puspa.
Puspa menerima dengan sebelah tangannya sedangkan tangan yang satunya lagi
masih terus mengocok penis Jacob dengan cepat.
“Hai baby, ada apa” tanyanya pada suaminya selama 3 tahun.
“Gambar mana yang dia maksud? Kamu kan sudah tidak melukis.” tanya Robert .
Puspa menjulurkan kepalanya ke depan seusai bicara dan dia jilat kepala penis Jacob.
“Kamu ingat gambar perahu yang kubuat sudah lama dulu.” Dia jawab pertanyaan Robert.
Dan begitu Robert mulai bicara, kembali dia jilat kepala penis Jacob. Lalu
lidahnya menjalar turun di sepanjang batangnya dan kembali naik untuk melingkari
kepalanya lagi.
Saat Puspa melakukannya, sang suami berkata, “Oh ya, aku ingat sekarang, kukira
sudah kamu buang. Sudah kubilang kan kalau seharusnya kamu jangan berhenti
melukis.”
“Aku tahu, mungkin aku memang harus melukis lagi.” Jawab Puspa, masih dengan
rasa penis Jacob di lidahnya. “Honey, akan kuberikan telponnya pada bossmu
lagi. Kurasa camilanku sudah hampir siap.”
Dia terus mengocok dengan cepat dan ekspresi wajah Jacob menandakan kalau dia sudah begitu dekat. Matanya terpejam dan telapak tangannya mencengkeram sandaran sofa dengan begitu kencang. Puspa berikan telpon itu pada Jacob, yang dengan cepat berkata pada Robert,
“Tangan istrimu
memang pintar, memainkan kuas.”
Puspa tersenyum pada Jacob dan dengan tak lepas menatap mata Jacob, dia turunkan
mulutnya untuk mulai mengulum kepala penisnya. Menghisap ke dalam mulutnya
dengan gerakan lambat. Menurunkan kepalanya dengan teramat pelan, sedangkan
matanya tak pernah lepas dari mata boss suaminya. Jacob harus pejamkan matanya
sekarang dan mulutnya mengeluarkan kata ’Gila!’ tanpa suara. Dia berusaha untuk
tak mengerang di telpon. Puspa merasa semakin birahi sekarang. Dia tengah
menghisap penis milik boss suaminya yang sedang menelponnya. Vaginanya
berdenyut nikmat. Terus dia gerakkan kepalanya pelan, rahangnya meregang
selebar yang dia mampu, tapi dia yakin kalau dia mampu menelan seluruh batang
penis Jacob ke dalam mulutnya dalam satu gerakan saja. Dia sudah mendapat
pengalaman dengan penis Alan, bagaimana cara menghisap batang penis berukuran besar.
Dengan mata masih menatap boss suaminya, sekarang Puspa merasa penis Jacob
mulai memasuki tenggorokannya. Mulutnya sudah mentok ke pangkal penis Jacob dan
kini seluruh batang penis tersebut telah berhasil dia telan. Puspa mengamati
ekspresi terkejut yang terpancar dari mata Jacob, dia yakin kalau belum ada
seorangpun yang pernah berhasil menelan seluruh batang penisnya, seperti yang
dia lakukan ini. Puspa bermaksud membuat pria ini keluar secepatnya.
Dipegangnya pinggang Jacob yang lebar, dia mulai menaikkan kepalanya diikuti
dengan hisapan kuat. Begitu mencapai kepala penisnya, dia turunkan lagi dengan
pelan, masih dengan tatapan mata yang tak pernah lepas dari mata Jacob. Turun
dan naik dengan pelan di sepanjang batang tersebut, tak luput lidahnya turut
menggelitik batangnya juga. Merasakan panjang dan besarnya batang penis Jacob
di dalam mulutnya membuat Puspa tak mampu mencegah mulutnya untuk mengeluarkan
suara erangan penuh kenikmatan. Dia pejamkan mata, seluruh indera perasaannya
tercurah pada perbuatan mesumnya tersebut. Cepat dan bertambah cepat dia
gerakkan kepalanya naik turun, menghisap dengan semakin kuat.
“Oh, istri… mu… menjamuku… dengan… sangat baik, Robert.” Sang boss bertubuh
gemuk berusaha menjawab tanpa mengerang.
Kepala Puspa terus naik turun, semangatnya semakin terpacu saat telinganya
mendengar Jacob menyebutkan nama Robert. Ini membuatnya semakin kesetanan.
Dia terus
mengerang di batang penis Jacob. Menghisap dan mengecap rasanya. Merasakan
batang besar Jacob keluar dari mulutnya dengan begitu basah lalu meluncur masuk
kembali dengan mudah ke dalam mulutnya dan terus meluncur menusuk
tenggorokannya. Puspa mempercepat gerakannya, menghisap penis Jacob dengan
segenap kemampuan yang dia miliki. Dia sangat menikmati ini. Tak pernah dia
kira kalau Jacob memiliki penis fantastis seperti ini. Jika dia tahu dari dulu,
pasti akan dia biarkan Jacob berdansa dengan cara bagaimanapun dia mau dan
menyetubuhinya juga malam itu. Memang dia tua dan gemuk, tapi batang penisnya
begitu muda dan jantan dan dia juga mempunyai stamina layaknya seekor kerbau
hingga dia masih saja sekeras ini dan terus bertahan biarpun sudah dia mainkan
batang itu sejak tadi. Puspa terus bergerak cepat, dengan berpegangan pada
pinggang Jacob sebagai tumpuan. Ingin rasanya dia memekikkan kenikmatan yang
menyesakkan dadanya, namun batang penis yang menyumpal penuh mulutnya membuat
itu jadi tak mungkin. Yang keluar dari mulutnya hanyalah erangan yang teredam. Puspa
sudah tak sabar untuk membuat Jacob selekasnya menyemburkan air maninya ke
dalam tenggorokannya. Saat Puspa terus menggerakkan kepalanya dengan cepat, Jacob
lalu memegangi kepalanya, tanpa menekan, belum. Puspa tersenyum, Jacob sudah
hampir keluar. Bagaimana tidak. Sudah dia incar istri Robert ini semenjak pesta
kantor lalu dan sekarang dia mendapatkan yang lebih dari impiannya, Puspa yang
berlutut dan menghisap penisnya dengan begitu lihai. Tangan Jacob yang
memegangi kepalanya, batang penis dalam mulutnya dan memikirkan apa yang tengah
dia perbuat membuatnya mengerang. Belum pernah Charle bermimpi kalau hal ini
akan terjadi. Dia hanya berharap untuk dapat sedikit menyentuh tubuh Puspa,
yang sudah berhasil diwujudkannya dengan sukses. Tapi belum pernah dia
memimpikan jika wanita muda rupawan yang telah lama diincarnya ini, akan
berlutut di hadapannya, menghisap penisnya dengan mata tak pernah lepas
menatapnya dan disaat dia tengah bicara di telpon dengan suaminya. Cocktail
dress pendek berwarna hitam yang dikenakannya semakin membuat pemandangan ini
semakin erotis. Jacob bisa melihat melalui bagian atas, buah dadanya yang
sedikit terguncang saat dia menaik turunkan kepalanya untuk menghisap penisnya
dengan cepat dan penuh perasaan. Dan Jacob terus bicara dengan Robert,
“Ya, kelihatannya dia begitu menikmati camilannya. Dia pasti pintar memasak”
Dia berusaha mengatur agar suaranya terdengar sestabil mugkin.
Hisapan mulut Sohie sungguh lihai. Mulutnya begiitu lembut dan jepitan tenggorokannya selalu hampir membuatnya keluar setiap kali dia menembusnya. Belum pernah dia temui wanita yang bisa menghisap penis selihai Puspa.
“Ya memang.
Apa yang dia masak?” Tanya sang suami yang tak tahu.
“Sesuatu yang dilumuri saus, hangat dan basah. Pasti rasanya nikmat, karena
bukan hanya dia kelihatan sangat menikmati tapi juga caranya menyantap tedengar
begitu nikmat.” Jawab sang boss.
Puspa mengerang saat Jacob menjelaskan hisapannya pada sang suami. Jacob
tersenyum, jadi inilah yang membuat Puspa terbakar birahinya dengan cepat,
resiko dipergoki suaminya dan erotisme situasi seperti sekarang ini. Sekarang Jacob
punya sebuah rencana untuk membuat Puspa jadi miliknya.
“Ya, kelihatannya dia memang suka sama sosis.” Robert tertawa, “Belakangan ini
dia selalu menginginkannya. Mungkin sudah jadi kebiasaan.”
“Yeah, dia terlihat begitu menikmatinya. Pasti ini terenak yang pernah dia
makan.” Ucap Jacob, “coba saja dengarkan suara makannya.”
Puspa hampir keluar saat Jacob mendekatkan telpon itu di samping telinganya.
Sudah pasti sekarang Robert bisa mendengarkan suara hisapan mulut dan
erangannya.
Segera dia lepaskan mulutnya dari penis Jacob dan dengan cepat bicara pada Robert,
“Oh baby, ini sangat enak! Aku jadi terkejut sendiri sekarang.” Lalu mulutnya
kembali lagi pada batang penis gemuk itu saat Robert mulai bicara padanya.
Dia tetap mengerang dan tak berusaha mencegah suara hisapan basah mulutnya saat Robert bicara, kepalanya terus bergerak naik turun. Semua ini begitu nikmat! Kepalanya bergerak semakin cepat dan matanya menatap mata Jacob. Robert mendengar suara mulut basah istrinya yang terdengar begitu menikmati yang tengah disantapnya. Robert memuji keahlian memasak istrinya, tanpa dia sadari kalau saat ini istrinya itu tengah berlutut di ruang tengah rumahnya, sedang menghisap penis bossnya dengan cepat, dengan telpon berada didekatnya hingga dapat dia dengar dengan jelas suara hisapan mesum tersebut. Jacob mengambil telponnya kembali, dia lihat kedua mata Puspa begitu penuh dengan binar nafsu. Jacob tak sanggup menahannya lebih lama lagi, semuanya ini akan segera membuatnya keluar setiap saat.
“Robert… ceritakan bagaimana… meetingnya… berjalan.” Dengan terbata Jacob bisa berkata.
Pipi Puspa
terlihat bergerak keluar masuk oleh sodokan ujung penisnya. Jacob tahu inilah
waktunya, saat dia bicara dengan sang suami sambil memandangi wajah cantik Puspa
dengan mata penuh birahi yang terus menatapnya dan mulutnya yang penuh
tersumpal batang penisnya. Dia pencet tombol mute pada telpon tersebut.
“Aku akan keluar dalam mulutmu Puspa” Jacob peringatkan istri Robert tersebut
dengan tangan tetap memegangi kepalanya
Puspa menghisap semakin keras dan menggerakkan kepalanya naik turun semakin
cepat.
“Lalu akan kusetubuhi kamu saat bicara dengan suamimu di telpon” geram Jacob.
Puspa mengerang, bola matanya berputar. Jacob menarik kepala Puspa hingga
seluruh batang penisnya terAlanam dalam mulut Puspa dan di saat yang bersama
dia dorong pinggulnya ke atas, membuat Puspa tersedak oleh batang penis yang
merangsak masuk dalam tenggorokannya. Dengan mata terus melekat pada mata Jacob
dan suaminya sedang menerangkan jalannya meeting di telpon, penis Jacobpun
menyembur. Jacob muntahkan semburan demi semburan maninya langsung ke dalam
tenggorokan istri Robert. Batang penis yang menusuk tenggorokannya, membuat Puspa
hanya mampu menelan semua mani yang disemburkan Jacob sebisanya. Jacob
menggeram saat kantung zakarnya mengosongkan isinya ke tenggorokan Puspa.
“Gila, kamu
penghisap penis paling hebat yang pernah kutemui.” Puji Jacob saat dia lepaskan
kepala Puspa.
Perlahan, mulut Puspa meluncur lepaskan batang penis Jacob, yang masih
memegangi telpon di samping telinganya. Robert masih terus menjelaskan pada
sang boss tanpa mengetahui kalau sang boss baru saja memuntahkan air maninya
dalam tenggorokan Puspa. Dia sama sekali tak tahu kalau istrinya yang berusia 25
tahun baru saja memberi bossnya sebuah hisapan penis terhebat yang pernah
didapatkan oleh sang boss, menelan semua air maninya tanpa meninggalkan sisa
dan berikutnya akan menyetubuhinya saat dia masih bicara di telpon. Puspa
merasa terkejut dengan stamina pria tua ini, batang penisnya masih saja keras!
“Terus, apa
kamu akan duduk di situ saja atau kamu jadi menyetubuhiku?” tahya Puspa dengan
nada tak sabar.
“Yeah, berbaringlah.” Jawab Jacob dengan mata melotot tak percaya dengan apa
yang baru saja dikatakan Puspa.
“Tidak. Aku sudah berubah pikiran.” Jawab Puspa dan kemudian berdiri. Melihat
kekecewaan di wajah Jacob membuatnya tersenyum, dia memang seorang penggoda.
Tangannya
menyusup ke balik gaunnya, dia turunkan celana dalam warna hitam berenda yang
dia pakai dan menendangnya lepas dari kakinya. Celana dalam itu mendarat di
sofa yang satunya.
“Aku tak mau kamu setubuhi, belum.” Ucapnya. Tatapan Jacob tak pernah lepas
dari wajah Puspa. “Aku yang akan menyetubuhimu.”
Dia membungkuk dan berlutut dengan kedua lutut berada di samping paha Jacob,
menunggangi kalau tak bisa disebut berlutut di atasnya. Buah dadanya tepat di
depan wajah Jacob. Puspa menatap Jacob di bawahnya, tersenyum menggoda.
“Aku akan setubuhi kami saat aku telpon suamiku,” ucapnya dengan kobaran birahi
di matanya.
Diambilnya telpon itu dari tangan Jacob, dia tekan tombol mute dan didengarnya Robert
berkata “Itulah meetingnya kemarin boss.”
Masih tetap menatap mata Jacob, vagina tepat di atas ujung kepala penis
besarnya. Tangannya yang sebelah menggapai ke bawah untuk memegang batang penis
Jacob, menuntunnya menuju gerbangnya nan lembut dan dia mulai bicara pada suaminya
di telpon.
“Hai baby, sekarang camilanku sudah habis. Aku mau duduk sekarang dan kita bisa
lanjutkan ngobrolnya.” Dan bersama itu dia hempaskan tubuhnya turun pada batang
penis Jacob yang keras.
Dia jatuhkan tlponnya dan menjerit keras. Kedua matanya terpejam rapat kala
rasa sakit berbalur nikmat yang diberikan oleh batang besar milik Jacob
memasuki tubuhnya dengan paksa. Ekspresi wajah Jacob menyiratkan seakan dia
tengah sekarat dan melayang ke atas surga. Puspa tak bisa mempercayai rasa yang
diberikan batang penis Jacob dalam tubuhnya. Dia merasa begitu terisi penuh
sekan ujung kepala penis tersebut menembus masuk hingga ke dalam mulutnya. Dia Benar
Benar dipaku oleh batang penis sang boss yang berusia renta. Kembali mulutnya
mengeluarkan erangan. Lalu Puspa menyadari kalau dia tadi sudah menjatuhkan
pesawat telponnya. Diraihnya kembali telpon tersebut dan mendekatkannya di
telinganya.
“PUSPA? PUSPA KAMU TIDAK APA-APA?” terdengar suara Robert di seberang.
“YA! Ya… aku… baik-baik saja” jawab Puspa pada suaminya, dia resapi kenikmatan
rasa dari batang penis keras yang terAlanam begitu jauh dalam tubuhnyar.
“Apa yang terjadi? Kurasa aku tadi dengar kamu menjerit!” tanya Robert cemas.
“Aku tidak apa-apa baby. Aku sangat baik-baik saja! Aku cuma menduduki sesuatu
yang keras lagi. Tapi sekarang sudah tak apa-apa, sudah baikan. Sudah tak
terasa sakit sekarang.” Ucapnya dengan tersenyum. Mata Jacob masih terpejam,
menikmati sempitnya vagina Puspa dan mimpinya yang sekarang jadi kenyataan.
“Mestinya
kamu lebih berhati-hati lagi honey ” pesan Robert, rasa cemasnya berangsunr
hilang setelah dengar penjelasan istrinya.
“Tentu baby, terima kasih sudah mengingatkan. Awwww, sangat manis, I love you
baby” ucapa Puspa. “Tahan sebentar ya.”
Dipandangnya Jacob, yang sekarang matanya terbuka dan kedua tangannya berlabuh
pada paha Puspa di balik gaun. Puspa taruh telpon itu di bahunya dan berkata,
“Aku akan menggoyangmu sangat keras Pak Jacob. Mungkin bisa kamu promosikan Robert
sekarang.” Ucapnya dengan senyuman manis. Selalu dia rasa cerita tersebut
begitu erotis, tentang wanita yang bersetubuh dengan boss pasangannya demi
kenaikan pangkat ataupun menyelamatkan pekerjaannya. “Akan kubuat kamu keluar
di dalam, semuanya dalam vaginaku saat aku bicara dengan suamiku di telpon.”
Kembali dia tersenyum pada sang pria tua yang hanya diam terpukau oleh semua
tingkah lakunya. Puspa tertawa genit saat dia mulai menggerakkan pinggulnya
maju mundur. Penis panjang dalam tubuhnya mulai tercabut keluar dan Puspa
menggerakkan pinggulnya ke arah berlawanan dan merasakannya kembali meluncur
masuk dalam sambutan lubang vaginanya. Perlahan dia gerakkan pingulnya, sangat
pelan, meskipun ingin dia hentakkan secepat mungkin. Terus ditatatpnya Jacob,
dia dengar suara erangan dan geramannya di sela nafasnya yang berat. Puspa
dekatkan telpon itu ke telinganya lagi, tapi harus dia taruh di bahunya kembali
saat dia mengerang begitu keras. Tak sanggup dia redam erangan mulutnya sat
gelombang kenikmatan yang didorong oleh batang penis Jacob menghantam tubuhnya.
Dia berusaha untuk menggerakkan pinggangnya perlahan, menjaga iramanya dan dia
dekatkan telpon itu ke telinganya kembali.
“Hey baby” sapa Puspa. Mata kedua pasangan mesum tersebut saling kunci.
“Hey honey,
kenapa?” Tanya Robert.
“Oh, aku cuma… ada yang harus kukerjakan, cuma itu saja kok ” jawabnya.
Sofa kulit sofa tersebut mulai berdecit seiring goyangan yang diberikan Puspa.
Tangan Jacob mulai mengelus pahanya.
“Sedang apa kamu sekarang?” tanya Puspa.
“Aku masih di bandara.” Jawab Robert.
“Oh!” dia mendesah pelan saat Jacob memberikan sedikit hentakan pada
sodokannya. “Benarkah?” Tanya Puspa.
“Yeah. menjengkelkan.” Jawab Robert.
Tangan Puspa
merambat dari mulut turun ke buah dada, memegang salah satunya dan kemudia dia
remas. Kemudian tangannya terus merambat turun hingga perut dan berakhir di
pahanya.
“Kukira kamu akan menggoyangku keras?” bisik Jacob pelan.
“Mmmm” Puspa melenguh lirih, “Apa kamu horny untukku?” tanyanya pelan. Lalu
mulai dia percepat, menggerakkan pinggulnya semakin cepat, keras saat Jacob
menghentak ke atas dengan cepat dan keras pula, mengimbangi irama Puspa.
“Mmmmmm, yeah” dia mendesah agak keras.
“Kamu bilang apa honey?” Tanya Robert.
“Aku bilang, Mmmmmmm yeah! Itu memang menyebalkan.” Jawab Puspa sembari dia
hempaskan tubuhnya ke batang keras di bawahnya.
“Memang tak…….” Puspa tak bisa dengar sisa perkataan Robert di telpon karena kembali
dia letakkan telpon itu di bahunya.
Dia mendesah dengan nyaring.
“Oh, Puspa, kamu sangat sexy” Jacob mengerang.
Hanya erangan sebagai jawaban Puspa.
“Terus goyang penisku saat kamu bicara dengan suamimu” Jacob menggeram padanya.
Puspa mendesis panjang dan kemudian dia dekatkan telpon itu ke telinganya lagi.
“Babyyy, bisaakahh kamuu pulllang cepppaattt?” Dia usahakan suaranya terdengar
stabil kala penis Jacob melesak ke dalam vaginanya lagi.
“Kuusahakan secepatnya honey ” jawab Robert, “Suara apa itu?”
“Oooo, Suara yang mana?” Tanya Puspa, berharap Robert menganggap suara
erangannya tadi sebagai nada bingung.
“Suara berdecit?” Tanya Robert.
Dia tersenyum, menyadari apa yang bisa didengar Robert. Saat ini goyangannya
begitu keras dan cepat, naik turun di batang penis Jacob yang menyodok
vaginanya, mengakibatkan sofa yang mereka duduki berdecit. Sebuah ide nakal
hinggap lagi di Alanak Puspa dan itu membuatnya semakin keras menghempaskan
dirinya ke tubuh Jacob.
“aku di
dallamm kamar baby. Harus ddi kaammarr sekarraaang ” jawab Puspa.
“Kamu main dengan jari di kamar dan bossku kamu tinggal di ruang tengah?” tanya
Robert dengan tertawa kecil,dia tahu kalau Puspa suka resiko.
“Dia…. sedang… siibuk sekkarang. Di masih duduuk di soffaaa saat aku tinggal.”
Jawab Puspa.
“Dan kamu ingin bicara mesum denganku?” tanya Robert dengan semyum lebar.
“Yeeaahh” erang Puspa.
“Tapi jangan lama-lama, kamu tak boleh terlalu lama meninggalkan bossku
sendirian. Kesannya tidak baik buatku.” Jawab Robert.
“Yaa.” Janji Puspa, “Ummmmmmm! Aku bisa rasakan penis itu sedang menembus
tubuhku sekarang.” Puspa mengerang, menghentakkan vaginanya ke penis Jacob
dengan keras.
Sekarang Jacob
balas menyodok dengan galak dan sofa itupun berdecit semakin keras, semakin
cepat seiring persetubuhan mereka. Jacob tak percaya bagaimana perubahan yang
terjadi malam ini. Dia hanya bermaksud untuk dapat sedikit menyentuh tubuh
molek istri pegawainya ini dan sekarang wanita molek ini menggoyangnya keras
saat sedang mengatakan betapa nikmatnya pada suaminya di telpon. Dia merasa
hampir meledak, namun dia masih ingin menikmati semuanya ini selama mungkin.
Sekarang Puspa mengerang dengan terbuka di telpon, sang suami hanya akan
mengiranya sedang ber- phone sex dengannya. Batang penisnya yang keras menyodok
tubuh Puspa yang bergoyang keras di atasnya, suara racauan dan erangannya
bertambah keras saja. Buah dadanya yang besar terpantul liar dalam himpitan
gaun hitamnya, seakan hampir tumpah dari dalamnya. Dan semakin terlihat hendak
melompat keluar saat punggung Puspa meregang ke belakang, untuk membuat
hentakannya semakin keras.
“Oh yeah Puspa” Jacob mengerang pelan.
Dia tak mau merusak ide bahwa dia tidak berada di sana. Begitu erotis menyaksikan tubuh Puspa bergoyang liar di atasnya, merintih keras dan mengerang saat dia menelpon suaminya. Sofa di bawah mereka tak mau ketinggalan mengeluarkan decitan berisik. Suara yang keluar dari mulut Puspa yang sekarang matanya terpejam rapat, erang tertahan dari Jacob serta decitan sofa begitu riuh rendah saling bersautan. Mulut Puspa terus mengeluarkan racau kenikmatan.
“Aku harus
pergi sekarang baby atttauu kamuu akan memmbuatkuu kelluuaaarrr. Akann
kubberikan telpoonnya paddaa Ppaaak Chaarrrlesss laagggiii.” Ucap Puspa.
Mendengar bibir Puspa memanggilnya Pak Jacob membuat batang penisnya semakin
mengeras. Puspa sudah hampir keluar. Dengan menahan telpon itu di bahunya, Puspa
menggoyang Jacob dengan bertambah cepat dank eras. Dia sudah begitu dekat
sekarang. Meracau dengan terbuka pada suaminya di telpon hampir saja membuatnya
meledak dan sekarang dia tak sanggup memegang telpon itu lebih lama lagi. Puspa
melenguh keras, menjeritkan kenikmatan yang dia rasakan.
“Kamu sangat rapat ” erang Jacob.
“Akan kubuat kamu kelluuaaarrr jugggaaa” Puspa balas mengerang.
Kemudian dia serahkan telpon tersebut pada Jacob. Jacob langsung menerimanya
dan segera mengatakan kalau semuanya baik-baik saja serta betapa dia senang
ditemani Puspa.
“Tak usah khawatir Robert, segeralah pulang begitu bisa.” Sang boss berkepala
botak menyarankan.
Menggoyang
sang boss bertubuh gendut, kenikmatan besar memeluk sekujur tubuhnya. Dia
membungkuk ke depan dan tangannya berpegangan pada sandaran sofa untuk menahan
tubuhnya. Kedua pahanya mencengkeram erat di kedua sisi Jacob, goyangannya semakin
bertambah liar. Buah dadanya terayun, hampir menghantam wajah Jacob. Tangan Jacob
yang bebas menahan pantat Puspa agar dia bisa menusukkan penisnya sekeras
mungkin. Terus dia sodok vagina Puspa dengan keras, membawa ledakan orgasme Puspa
semakin dekat. Nafas Puspa semakin terasa berat, tersengal. Sudah dekat. Begitu
dekat. Tiba-tiba, Jacob mencengkeram pantat Puspa dan berdiri, membawa serta Puspa.
Dan yang lebih mengejutkan lagi, dia cabut penisnya. Puspa sungguh tak pecaya!
Dia sudah begitu dekat. Dia turunkan Puspa, Jacob tersenyum oleh campuran raut
terkejut dan frustasi di wajah Puspa. Dia tahu apa yang sedang dirasakan Puspa,
dia juga merasa tak ada yang diinginkan selain memasukkan penisnya kembali ke
dalam tubuh Puspa dan menyetubuhinya hingga dia tak bisa bergerak lagi.
“Apa yang kamu lakukan!?!” tuntut Puspa penuh gusar.
Jacob tekan tombol mute.
“Ke mari” perintahnya, saat Robert bicara tentang pendaratan pesawatnya. Anak
itu akan terus bicara tentang apa saja.
Puspa berjalan mendekatinya, amarah dan frustasi di wajahnya, kedua lengannya
terlipat di bawah buah dada. Jacob menendang lepas celananya dan melucuti
kemejanya, melemparnya ke sofa di belakangnya.
“Berlutut” perintahnya.
Puspa terlihat seakan ingin menolak, tapi Jacob tahu betul kalau dia terlalu
horny untuk menolaknya. Puspa berlutut di hadapannya dan langsung menangkap
batang penis Jacob dengan sebelah tangannya.
“Aku tak ingin kamu hisap, berputar” perintah Jacob.
Puspa berbalik, menghadap tv dan dengan meja kopi di hadapannya. Jacob jongkok
di belakangnya dan sambil dia dengarkan Robert terus bicara, dia dorong istrinya
hingga tangannya bertumpu pada meja. Dia suka doggie style. Dia merapatkan diri
pada istri Robert yang menawan, berlutut dengan tangan bertumpu pada meja kopi,
gaun hitam seksi dan high heels masih terpakai. Wanita ini sungguh gambaran
dari birahi yang menggelora. Rambutnya sedikit berantakan, tapi semakin
menambah kesan liarnya. Kepala Puspa menoleh ke belakang pada Jacob,
kegusarannya sirna kini. Dapat Jacob lihat bayangan mereka pada layar tv dan
bisa dia lihat dari balik gaunnya, buah dada besar yang menggantung indah. Jacob
tekan kembali tombol mute saat Puspa bicara.
“Apa kamu
hanya akan berlutut di situ saja atau kamu masukkan penismu ke vaginaku lagi?”
tanyanya, menggoda tapi masih terdengar nada frustasi.
Robert masih terus bicara, suara berisik di belakangnya semakin meningkat, dia
pasti sedang berada di luar menunggu taksi, hingga tak mungkin dapat dia dengar
apa yang dikatakan suaminya baru saja. Jacob tersenyum pada istri Robert dan
dia dorong pinggulnya, menusuknya dengan satu hentakan saja. Puspa mengerang
keras. Terasa nikmat berada kembali dalam tubuh Puspa. Tapi Jacob belum
bergerak sedikitpun, dia masih punya satu ide yang ingin dicobanya. Saat Puspa kembali
menoleh ke belakang, Jacob mengambil telpon dari telinganya dan menekan tombol
bertuliskan ‘loud speaker’ lalu dia letakkan telpon tersebut di atas kursi di
sebelah kanannya. Suara bising di seberang terdengar berisk oleh kepadatan lalu
lintas, dia masih bisa dengar suara Robert, tapi dia ragu jika Robert bisa
mendengar jelas suara pertarungan birahi mereka. Puspa melenguh saat mengamati
apa yang sedang dilakukan Jacob, “Kinky” Dan setelah itu Jacob menarik penisnya
keluar dan menyentakkan masuk kembali dalam vagina Puspa.
Puspa menggeram keras, “FUCK ME!”
Jacobpun mengabulkannya. Dengan berpegangan pada pinggul ndah itu, dia mulai
serangan terakhirnya pada jalangnya vagina Puspa. Dia membutuhkan persetubuhan
yang layak dan Jacob akan memberikannya yang sepadan. Tangan Jacob bergerak ke
pinggang ramping milik Puspa, yang telah lama ingin dia sentuh semenjak pertama
kali dia berjumpa dengannya. Hentakannya begitu keras hingga meja kopi tempat Puspa
bertumpu mulai ikut sedikit tergeser oleh setiap hentakannya. Puspa berusaha
mengimbangi setiap kerasnya hentakan yang diberikan Jacob, dia dorongkan
pantatnya ke belakang, menjadikan tubuhnya tertusuk begitu dalam dengan keras.
Besar kemungkinan jika Jacob tak memegangi pinggangnya dengan erat, tubuh Puspa
akan tersungkur ke atas meja kopi di hadapannya. Nafas Puspa tersengal keras.
Saat Robert terus bicara di telpon, mengira bossnya mendengarkan dengan penuh
minat, tentang sebuah promosi yang mungkin menantinya, yang sudah disebutkannya
tadi saat telpon tersebut diberikan Puspa padanya. Pasti istrinya sudah begitu
mengesankan sang boss hingga dia menawarkan kenaikan gaji hingga 200%! Tanpa
dia ketahui sama sekali bagaimana cara istrinya memberikan kesan pada bossnya,
ataupun cara dia menaikkan promosi untuk Robert. Saat dia terus bicara di
telpon saat ini, Puspa tengah menyentakkan pantatnya yang kencang ke belakang,
menusukkan vaginanya pada batang penis berukuran besar milik pria tua yang
kelebihan berat badan ini. Memaksanya masuk semakin jauh ke dalam tubuhnya. Robert
tak bisa mendengar jelas segala suara jeritan mesum keduanya, dia hanya mengira
kalau suara-suara tersebut berasal dari tv atau yang lain. Robert hanya terus
bicara saat Jacob menusukkan batang panjangnya ke dalam tubuh istrinya, saat Puspa
tiada henti mengerang, mendesah, melenguh memohon lagi dan lagi pada Jacob.
Penis Jacob meluncur masuk hingga pangkalnya, membuat bibir Puspa mengeluarkan
geraman birahi. Kini dia hanya mampu menggeram setiap kali Jacob menusuknya
dengan sangat keras. Mungkin Puspa sudah kelelahan, pikir Jacob, telah dia
setubuhi wanita ini selama lebih dari 45 menit. Robert masih membicarakan
promosi yang dia tawarkan.
“Anak
tolol,” batin Jacob, “Kalau saja dia dengar lebih seksama dan berhenti
memikirkan tentang pekerjaan sejenak, mungkin dia bisa dengarkan istrinya
menjerit, terus memohon padaku..”
Pikiran itu membuat birahinya semakin membumbung tinggi dan kini dia tusuk
vagina Puspa semakin keras dan cepat. Bayangan buah dada Puspa yang terayun
liar di balik gaunnya terpantul di layar tv, itu membuat Jacob hampir meledak.
Maka dengan cepat tangannya meraih ke depan untuk menangkap buah dada tersebut.
Mata Puspa terpejam rapat, raut wajahnya penuh dengan aura birahi dan
kenikmatan. Bibirnya merekah terbuka dan bahkan kini suara geramannya terhenti,
tapi dia terus menyentakkan pantatnya ke belakang dengan keras.
Masih terus meremasi kedua buah dada besar tersebut, Jacob berkatat, “Saatnya
bicara dengan suamimu Pus”
Puspa mengerang sangat keras dan Jacob menekan buah dadanya menyatu, meremasnya
dengan kasar sambil terus menyodok vagina Puspa.
“Oh Robert, Oh baby, I loove you! Oh yeah! Aku disetubuhi sangat keras baby!
Ummmmmmmm! Oh yeah! Bossmu mengerjaiku di meja kopi kita! Oh, ummmmmmmm! Yeah!
Rassanyaa saaangaattt nikmaaattt! Diia jaauuuuhhh lebih hebbbattt darrriiiii
kammmuuu!” Puspa meracau hebat, pantatnya terus menyodok mengimbangi setiap
tusukan Jacob, kedua matanya terus terpejam rapat.
Jacob tersenyum puas, dia remas buah dada Puspa lebih kasar dan terus menusuknya
tanpa mpun.
dan
mungkin aku akan……” Robert terus bicara saat persetubuhan terlarang itu terus
berlangsung. Istriya tiada henti melenguh dan mengerang.
Jacob merasa orgasmenya mulai bangkit, sudah tak jauh lagi sekarang. Telah dia
setubuhi wanita cantik ini dengan semua kemampuannya dan segera dia muntahkan
air maninya di dalam tubuh Puspa, jauh lebih dalam dari yang pernah diberikan suaminya.
Jacob berikan remasan terakhir pada buah dada Puspa dan beralih menjambak
rambut Puspa, menyentaknya ke belakang saat dia tusuk vaginanya dengan keras. Puspa
menjerit, mulutnya meracau tentang semua kenikmatan besar yang diberikan Jacob
padanya.
Dia jambak rambut Puspa dan bertanya, “Apa kamu akan keluar sebentar lagi Puspa?”
“YAAA!!!” dia mengerang keras.
“Mau aku keluar di dalam?” tanya Jacob.
“YAAAAAA!!!” jawab si cantik, sekarang bertumpu dengan kedua sikunya, tangannya
mencengkeram tepian meja dengan erat.
“Katakan!” geram Jacob, dia terus menusuknya, batasnya sudah di ambang mata.
“KELLUARKANNN DIII DALLLAMMM!!!! OHHHHH! PLEEAASSSEE!!!” Puspa meneriaki boss suaminya.
Mendengarkan kalimat tersebut keluar dari bibir wanita nan seksi dan betapa
dinding vagina Puspa yang mencengkeram rapat batang penisnya, membuat buah
zakar Jacob mulai mengencang. Akhirnya akan dia semburkan air maninya di dalam
vagina istri Joss yang begitu menggoda, yang telah begitu lama dia incar ini.
“Aku tak bisa mendengarmu dengan jelas honey, apa semua baik-baik saja?” tanya
sang suami yang tak mengerti apapun.
“YA BABY! OH YA! SEMUANYA BAIK BAAIKK SAAJJJAAA!” Puspa berusaha menjaga
suaranya tedengar normal di bawah serangan Jacob yang begitu brutal.
“Sekarang Pus! Sekarang saatnya merasakan semburan maniku dalam vaginamu tanpa
pelindung!” Jacob menyeringai.
Dia terus
dengarkan Robert bicara di telpon, dia jambak rambut Puspa dengan keras, dia
sentakkan kepalanya ke belakang sejauh mungkin, dia tusukkan batang penisnya
sedalam-dalamnya untuk yang terakhir kalinya ke dalam vagina Puspa.
“Oh Pus! Yeah! Uh! Terima ini! Terima maniku! Yeah! Akan ku keluarkan di dalam
vaginamu Puspa! Aarrgghhh!” Jacob menggeram keras.
Puspa hanya membalas dengan merintih penuh nikmat.
“Dengarkan aku Robert, saat aku keluar dalam vagina istrimu ” Jacob berucap
pada pesawat telpon.
Puspa merintih bertambah keras dan mulai menggelinjang dan menyentak ke
belakang dengan teramat keras.
“Oh yeah!!” Jacob menggeram keras dan bersamaan dengan itu, dia tarik Puspa ke
arahnya dengan menggunakan jambakan pada rambutnya dan dia berikan tusukan
penghabisan dalam vagina Puspa.
Suara jeritan Puspa keluar langsung dari dalam paru-parunya saat hantaman
kenikmatan orgasme menghajar sekujur tubuhnya, bertepatan waktunya saat sebuah
pesawat terbang melintas di atas Robert, menenggelamkan jeritan orgasme
terkeras penuh kenikmatan dari seberang telpon. Penis Jacob terus menyemburkan
air maninya di dalam vagina Puspa, dia tahan tubuh Puspa agar batang penisnya
terus tertancap sedalam-dalamnya. Sekujur tubuh Puspa terus bergetar hebat di
bawah tubuh Jacob, tangannya tetap mencengkeram tepian meja dengan erat.
Wajahnya berselimutkan kenikmatan sepenuhnya, mulutnya terbuka tanpa suara,
matanya terpejam rapat dan punggungnya meregang ke belakang, tertahan oleh
jambakan Jacob pada rambutnya. Kedua buah dadanya dengan puting keras mencuat
berdiri dengan gagah di dadanya, terguncang hebat oleh getaran tubuhnya yang
dilanda orgasme. Puspa melenguh lirih, panjang kala getaran tersebut berangsur
mereda. Jacob merasakan betapa hebat persetubuhan yang baru saja dia alami.
Baru saja dia mendapat kenikmatan dari tubuh wanita paling menggiurkan yang
pernah dia temui, tepat di dalam ruang tengah rumahnya sendiri, saat sang suami
sedang menelponnya! Semua itu membuat batang penisnya terus mengeras dalam
cengkeraman vagina Puspa. Akhirnya orgasme Puspapun berakhir dan dia tersungkur
di atas meja kopi. Tingginya orgasme yang diraih Jacob juga usai dan akhirnya
dia merasakan kelelahan oleh semua ini. Dia jatuh menindih tubuh Puspa, batang
penisnya masih tetap terkubur dalam vaginanya. Dia lepaskan jambakan pada
rambutnya dan tertelungkup diam saja, mendengarkan suara tarikan nafas Puspa,
yang terdengar tertidur.
Robert berdiri menunggu taksi di luar bandara. Dia berharap semua pesawat itu berhenti melintas di atasnya, karena dia kesulitan mendengar apa yang diucapkan Puspa padanya. Dia tak begitu mengerti, yang dia dengar hanya begitu ramai di seberang telpon. Bisa dia dengar namanya disebut berulang kali. Sudah ak sabar dia ingin segera pulang, begitu rindu dia pada istrinya. Yang tak dia ketahui saat dia memikirkan kaan dia bisa sampai di rumah, Puspa tertelungkup kelelahan di atas meja kopi di dalam ruang tengah mereka, di tindih oleh tubuh tua dan gemuk milik bossnya, dengan batang penisnya masih menancap dalam vagina kekasinya. Saat dia masih menunggu datangnya sebuah taksi, Robert sama sekali tak mengetahui bagaimana kerasnya persetubuhan yang baru saja diterima istrinya dan betapa itu membuatnya mabuk kenikmatan. Betapa horny dan penuh birahi kala bicara dengannya di telpon saat sedang disetubuhi oleh bossnya sendiri. Betapa besar orgasme yang dia dapatkan, lebih keras dari semua yang pernah dia raih selama ini. Robert tak tahu air mani bossnya yang gemuk tumpah seluruhnya dalam rahim istrinya tercinta. Kurang lebih 10 menit kemudian, Puspa mulai bergerak dan Jacob mencabut batang penisnya dari cengkeraman vaginanya yang baru saja disetubuhi dengan layak, sangat layak. Puspa Alanci merasakan penis itu tercabut dari dalam tubuhnya, meninggalaknnya, dia ingin batang itu kembali menusuk dalam tubuhnya saat itu juga. Jacob jatuhkan tubuhnya ke atas sofa dan perlahan mulai memakai celananya. Puspa berusaha memaksa tubuhnya untuk berlutut dengan pelan dan merapikan rambut serta gaun hitamnya. Dia merasa sangat penuh air mani dan tuntutan birahinya teramat terpuaskan, hanya saja, dia masih ingin batang penis milik Jacob lagi. Dia melirik ke arah sang pria tua bertubuh gendut dan meringis di dalam hati.
“Aku sudah biarkan dia menyetubuhiku! Dan yang lebih buruknya lagi, aku sangat menikmatinya!” batinnya.
Separuh
hatinya memAlanci dirinya sendiri dengan apa yang sudah dia perbuat tapi
separuh lainnya menyukai apa yang sudah terjadi karena dia jadi merasakan
kenikmatan yang tiada terperi dan tadi memang terasa sangat nikmat.
“Well nona Puspa, aku pikir kamu sudah menghiburku dengan begitu baik.” Ucap Jacob
dengan seringai bodoh di wajah lebarnya.
“Senang bisa menghibur anda.” Jawab Puspa kecut.
“Honey, aku
tak bisa mendengarmu dengan jelas?” suara Robert terdengar dari pesawat telpon
di atas meja.
Tangan Puspa terjulur untuk meraihnya.
“Hey baby. Semuanya baik-baik saja, aku cuma sedang berusaha menghibur bossmu
saja.” Puspa menerangkan pada suaminya.
“Dia sungguh pandai menghibur Robert. Aku mungkin akan sering datang kemari
kalau dia begini menyenangkan.” Sahut Jacob pada Robert dengan suara keras.
“Aku senang kamu bisa menyenangkannya honey, macet ini Benar-Benar neraka. Aku
masih menunggu taksi di bandara. Sudah lebih satu jam sekarang!!!” keluh Robert
pada istrinya.
Tatapan Puspa beralih dari wajah boss suaminya, turun ke selangkangannya dan
dengan menilai masih adanya tonjolan yang menggembung di sana, semuanya tadi
tentu membuatnya tetap keras. Puspa merasa perutnya bergolak dan merasa
vaginanya menjerit memanggil batang penis itu sekali lagi. Dia tak bisa
kendalikan dirinya. Dia tatap selangkangan yang menggembung besar itu, lalu
berusaha untuk mengabaikannya, tapi dia gagal. Dia berdiri dengan bersusah
payah agar tak terjatuh karena kedua kakinya yang masih terasa lemas, tangannya
terjulur pada boss suaminya. Jacob memandangnya dengan kebingungan, tapi dia
sambut uluran tangan Puspa. Dengan masih menatap mata Jacob, Puspa mulai
melangkah mundur, meninggalkan ruang tengah tersebut dan melangkah ke lantai
atas menuju ke arah kamar miliknya dan Robert, sembari berkata pada suaminya di
telpon.
“Tenang saja baby, aku yakin bisa menemani dan menghibur bossmu sampai kamu
pulang.” Ucap Puspa dengan tersenyum pada Jacob.
Wajah Jacob masih nampak bingung tapi segera berubah jadi gembira saat mereka
memasuki kamar tersebut. Puspa membimbing Jacob ke ujung ranjang dan dia
berbalik untuk mendorong Jacob hingga rebah ke atas ranjang. Jacob menatapnya
dan kembali sebuah senyuman bodoh tersungging di bibirnya, seakan seorang
remaja yang akan menyerahkan perjakanya pada seorang gadis yang sangat seksi. Jacob
beringsut naik hingga kepalanya beralaskan bantal dan dengan cepat dia
telanjangi dirinya saat Puspa bicara dengan suaminya di telpon. Ranjang
tersebut berukuran besar dan terbuat dari bahan besi tempa dengan berhiaskan
jeruji berulir pada headboardnya. Kadang Puspa dan Robert saling memborgol
tangan pada headboard tersebut dalam permainan cinta keduanya. Sekarang
headboard tersebut akan dipakai Puspa untuk menyetubuhi pria lain. Sekarang Jacob
sudah telanjang bulat, penisnya yang masih setengah ereksi berdiri menantang.
Meskipun masih belum ereksi sempuran, tetap saja uukurannya begitu besar dan
panjang.
“Ya, aku paham maksudmu. Tak usah khawatir baby, aku tahu dia orangnya keras,
sulit dipuaskan, tapi aku tetap yakin bisa menyenangkannya.” Ucap Puspa pada Robert.
Saat Robert menjawabnya, Puspa menurunkan kedua tali penahan gaunnya dari
bahunya dan membiarkannya jatuh ke lantai, menunjukkan pada Jacob kemolekan
tubuhnya yang hanya terbungkus pakaian dalam berenda warna hitam. Buah dadanya
terlihat besar dan berat serta terlihat hampir melompat keluar dari himpitan
bra yang dia pakai saat dengan pelan tangannya meraih ke belakang tubuhnya
untuk melepaskan pengait bra tersebut.
“…..
harusnya tak lama…….” Ucap Robert saat Puspa menurunkan tali penahan bra dari
bahunya dan dengan gerakan menggoda melemparkannya ke lantai.
“…… akan pulang sebentar…..” dia senang Robert suka mengobrol lama. Dia
turunkan celana dalam berenda itu, kakinya melangkah keluar satu persatu.
Berlutut di ranjang, dia merangkak mendekati Jacob dan berhenti di atas
penisnya yang mendongak angkuh.
Jacob membungkuk ke depan untuk mendengarkan apa yang sedang diobrolkan Robert
pada istrinya di telpon. Puspa menekan bibirnya ke bibir boss suaminya dan
lidahnya meluncur memasuki mulutnya. Lidah mereka saling lilit untuk beberapa
lama dan kemudian Puspa hentikan ciuman mereka dan berdiri dengan kedua
lututnya.
“Akhirnya, ada taksi!” jerit Robert, “Aku akan sampai tak lama lagi honey ”
ucap Robert sambil masuk ke dalam taksi.
“Telpon aku kalau hampir sampai baby, biar aku tahu saat kamu pulang.” pesan Puspa
saat dia genggam penis gemuk di bawahnya dengan satu tangannya yang bebas dan
memposisikan tubuhnya di atas penis Jacob. Dia sangat membutuhkannya di dalam
tubuhnya lagi.
“Baiklah honey. Jaga dirimu, bersenang-senanglah dan sampai jumpa nanti.” Jawab
Robert dan memberikan ciuamn jauh lewat telpon untuk Puspa, “I love you.”
“Umm, I love you too baby! Sampai ketemu nanti.” Jawab Puspa saat Jacob
memandangi buah dadanya dan kemudian Puspa pejamkan mata.
“Bye.” Kata Robert.
“Bye babe.” Jawab Puspa dan begitu Robert menutup telponnya, Puspa langsung
lemparkan pesawat telpon tersebut ke atas ranjang dan menurunkan tubuhnya pada
batang keras milik boss suaminya yang menunggu.
Puspa merintih saat dia rasakan batang gemuk itu kembali memasuki tubuhnya. Jacob
mengerang kala tubuh Puspa membuka untuk dia masuki. Puspa meresapi rasa batang
besar terebut dalam dirinya lagi lalu perlaha dia buka matanya dan menatap
langsung mata Jacob dan memberinya sebuah senyuman menggoda.
“Akan aku goyang kamu sampai lemas orang tua. Tepat di atas ranjang milikku dan
suamiku. Akan kusetubuhi kamu dengan sangat keras. Aku mau kamu keluar di dalam
vaginaku lagi.” Geram Puspa dengan begitu menggiurkan dan setelah kata
terakhirnya, dia mulai menggoyang maju mundur.
Kali ini bukan seks yang romantis, bukan seks yang lembut, kali ini akan jadi seks yang keras dan kasar. Ketika Robert dalam perjalanan pulang dengan taksi, berhenti saat ada kemacetan dan berharap secepatnya sampai di rumah untuk bertemu dengan istrinya tercinta, Puspa sedang menggoyang bossnya, Jacob, yang berbaring di atas ranjang yang hanya dia bagi dengan suaminya seorang. Puspa berusaha menghibur bossnya dengan segenap kemampuan yang dia miliki. Menggoyang pinggulnya maju mundur dengan cepat hingga membuat ranjang besi itu mulai mengeluarkan suara berderik. Puspa terus menusukkan dirinya pada batang penis milik pria tua bertubuh gendut di bawahnya, menguburkannya sejauh mungkin dalam vaginanya. Menikmati rasa yang dia dapatkan. Mendesah, melenguh, mengerang dan menjerit dengan segenap hasratnya, menyuarakan betapa jauh lebih hebat Jacob dibandingkan suaminya, betapa lebih besar kenikmatan yang diberikan oleh batang besar dan panjangnya, betapa itu membuatnya terisi begitu penuh dan betapa dia menginginkan Jacob menumpahkan seluruh sisa air maninya jauh di dalam vaginanya.
Jacob
sedang berbaring menyaksikan erotisme tubuh Puspa meliuk, memantul, menggoyang
liar di atasnya. Robert sedang dalam perjalanan pulang dan Puspa sedang dalam
perjalanan menuju orgasme besar berikutnya. Jacob masih merasa tak percaya
ternyata begitu liarnya wanita ini. Dia tak pernah terlihat puas, mungkin dia
seorang nymphomania, pikir Jacob. Bukannya dia mengeluhkan hal itu. Dia suka
memandangi buah dada Puspa yang memantul naik turun seirama ayunan tubuhnya,
dia suka mendengarnya mendesah dan mengerang, dia suka saat dia menjeritkan
bahwa dia adalah yang terhebat. Batang penisnya menjadi begitu keras saat dia
rasakan dinding vagina Puspa yang sempit terus menggesek naik turun pada
batangnya. Puspa masih begitu rapat dan begitu mahir berolah seksual. Mungkin
dia harus mengundang Puspa ke kantornya suatu waktu nanti dan menyetubuhinya di
meja kerjanya, atau bahkan mungkin di mejanya Robert sendiri. Semua angan
tersebut dan mendapatkan wanita cantik ini di ranjangnya sendiri membuat
birahinya melejit dengan cepat. Dia sadar kalau tak mungkin bertahan lama
setelah dua kali keluar, tapi dia berusaha untuk bertahan selama mungkin, untuk
dapat terus menyaksikan Puspa menggoyang liar di atasnya. Puspa terus meracau
tak karuan.
“Kamu suka penisku Pus!” Itu bukanlah sebuah pertanyaan dari Jacob, tapi tetap
saja Puspa menjawabnya dengan erangan. Nafasnya mulai tersengal hebat kala dia
terus menggoyang tubuhnya dengan segenap kemampuan yang dia punya.
Ranjang besi tersebut mulai menggeram di bawah goyangan liar Puspa. Lalu Puspa
melakukan sesuatu yang hampir bisa membuat Jacob keluar, punggung Puspa
meregang ke belakang, membuat buah dadanya mencuat ke depan. Kedua tangannya
berada pada sisi paha Jacob, untuk menopang berat tubuhnya dan kepalanya
terlempar ke belakang. Goyangannya semakin bertambah cepat. Namun sesungguhnya
yang memicu birahi Jacob melejit sedemikian tingginya adalah pemandangan dari
buah dada Puspa yang begitu angkuh menggoodanya. Pemandangan itu begitu
sensual. Puspa terlihat jauh tersesat dalam rimba birahinya sendiri dan
tubuhnya meliuk liar untuk menyetubuhi Jacob sesuai janjinya, untuk dapat
merasakan seluruh panjang batang penis Jacob. Tubuh Puspa yang telanjang bulat
dengan buah dada berdiri angkuh dengan berhiaskan dua puting yang mencuat
keras, seakan menolak grafitasi yang dituntut oleh sang bumi, memantul liar
seirama liukan tubuhnya. Jacob sadar kalau dia tak mungkin bertahan lebih lama
lagi dan dia tahu kalau Puspa juga sudah berada di batas pertahanannya. Tangan Jacob
meraih buah dada Puspa, dia remas dengan kasar hingga membuat Puspa semakin
merintih, menggeram hebat, meracaukan orgasmenya yang hampir meledak dengan
keras. Puspa dorong tubuhnya ke depan dan menggencet buah dadanya dalam
cengkeraman tangan Jacob dan menatap tepat pada mata Jacob, menggoyang semakin
cepat, keras, liar dan kasar. Puspa menggeram pada Jacob.
Masih terus
meremasi buah dada Puspa, Jacob mendengarkan Puspa menggeram dan meracau
padanya tentang seluruh kenikmatan yang tengah dia rasakan dan keinginannya
untuk mendapat seks dari Jacob.
“AKAN KUSETUBUHI KAMU DI KANTORMU SAAT ROBERT MENUNGGU DI LUAR!” Puspa
menggeram, “APA AKU CUKUP NIKMAT UNTUK MENDAPATKAN PROMOSI UNTUKNYA PAK?” tanya
Puspa dengan senyuman penuh nafsu di bibirnya, terus menggoyang tubuhnya,
semakin dekat pada orgasmenya. Sudah tak ada lagi godaan sekarang, yang ada
hanyalah nafsu murni dari persetubuhan mesum.
“Sangat…. nikmat!” erang Jacob diantara nafasnya, “Tapi….. mungkin…. aku…
butuh… tambahan…. lebih.”
“OHHHH YEAH! AKAN KUBERIKAN SEBANYAK YANG KAMU MAU, DASAR PRIA TUA CABUL,
SETUBUHI ISTRI KARYAWANMU SENDIRI DI RANJANGNYA DAN SAAT AKU MENELPONNYA.
KELUAR DI DALAM VAGINAKU, MEMBUATKU MENGHISAP PENISMU SAAT DIA MENELPONMU DAN
KELUARKAN MANIMU DALAM TENGGOROKANKU!” Puspa pastilah sudah sangat birahi
sekarang, dia semakin menggoyang liar, membuat ranjang besi itu semakin
berderit tanpa henti.
Memberi remasan terakhir pada buah dada Puspa, Jacob menarik tubuh Puspa ambruk
menindihnya. Dia rasakan buah dada besar Puspa tergencet ke dadanya dan
putingnya yang keras menekan kulitnya. Dia lumat bibir Puspa, mendorong
lidahnya memasuki mulut Spohie. Lalu dia kalungkan lengannya melingkari tubuh Puspa
dan menggulingkannya hingga sekarang tubuh Puspa rebah ditindihnya. Jacob
melepaskan lumatan bibirnya, dia tatap mata Puspa di bawah tindihannya dan
sekarang dia berikan tusukan penisnya dengan teramat keras dalam vagina Puspa.
Kepala Puspa menghantam headboard dalam tusukan pertama Jacob dan tangan Puspa
segera meraih ke atas untuk berpegangan pada jeruji besi headboard di atasnya.
Berpegangan seerat mungkin untuk mendorongkan selangkangannya pada tusukan
penis Jacob agar dapat terAlanam semakin dalam dan kedua kakinyapun melingkari
pinggang Jacob untuk menguncinya. Erang dan geraman keduanya kini terdengar
bersahutan, beriringan dengan derit ranjang besi di bawah tubuh mereka.
“FUCK ME!” Puspa tersengal, “FUCK ME!”
Buah dadanya melayang tak beraturan di dadanya dan wajahnya merona sangat
merah. Sekujur tubuh keduanyapun semakin basah oleh keringat tabu mereka.
Mereka tenggelam semakin jauh dalam amukan birahi hingga seandainya saja saat
ini Robert memasuki kamar itu, tak akan diacuhkan oleh keduanya dan terus
saling menggenjot untuk dapat meraih pelepasan yang sudah di depan mata.
Jerit
rintihan penuh kenikmatan bergema hingga langit-langit kamar, seakan jadi
simponi pemicu birahi mereka. Sudah semakin dekat, dapat Jacob rasakan buah
zakarnya mengencang hebat, dinding vagina Puspa terus meremas kencang,
menghisap air maninya agar segera menyembur keluar.
“FUCK ME, FUCK ME, FUCK ME, FUCK ME, FUCK ME, FUCK ME.” Puspa terus meracau
tiada henti dan segera berubah jadi sebuah jeritan panjang dan keras saat
orgasme mengambil alih kesadarannya.
Tubuhnya
mengejat keras tak terkendali, dia lepaskan cengkeraman tangannya dari besi
headboard dan beralih merengkuh Jacob, menancapkan kuku-kuku jemarinya di
punggung Jacob. Puspa menjerit sangat keras, panjang!!! Dan bersamaan dengan
itu Jacob juga menyemburkan air mani ketiganya di malam ini dan itu menjadi
pemicu bagi orgasme Puspa untuk meledak semakin hebat dan berturutan.
“Ahhhhhhhh, terima maniku lagi Pus” Jacob menggeram.
“OH! UH! YEAH! KELUARKANN DDDI DDALLAMMM!” jawab Puspa dengan erangan keras.
Tubuh Jacob ambruk menimpa tubuh Puspa saat penisnya terus menyemburkan air
mani dalam vagina Puspa yang tubuhnya terus mengejat untuk beberapa lama
sebelum akhirnya terbujur lemas dengan kuku yang masih menancap di punggung Jacob,
nafasnya yang tadi memburu berubah berat dan tersengal- sengal. Tubuh mereka
saling tindih di atas ranjang itu, kelelahan, berusaha untuk menarik nafas
dengan sisa tenaga yang masih mereka punyai. Hanya berbaring kelelahan untuk
beberapa lama hingga terdengar suara telpon dari nakas di samping ranjang.
Dengan malas Jacob menggapai dan mengangkatnya.
“Halo?” ucapnya.
“Hai boss” jawab Robert.
“Hai Robert, kamu sudah hampir sampai sekarang?” tanya sang pria tua saat
batang penisnya mulai melemah, tapi masih tetap terAlanam dalam vagian Robert.
“Ya, kira-kira 5 menitan lagi” jawab Robert.
“Ok, kita ketemu sebentar lagi.” Jawab sang boss.
“Ok bye.” Jawab Robert dan Jacob menutup telponnya.
Dia pandangi Puspa yang terbaring di bawah tubuhnya, Jacob menyesal karena tak
bisa lagi menikmati tubuh menggiurkan tersebut malam ini, tapi masih banyak
kesempatan lagi lain kali. Dia tersenyum membayangkannya. Sekarang dia sudah
tahu kalau Puspa seorang nympho dan Jacob yakin kalau kapan dan di manapun dia
mau, dia akan bisa menikmati tubuh istri karyawannya ini.
Puspa
sedang merapikan gaunnya sambil berjalan, tapi tak dia kenakan bra dan celana
dalamnya kembali. Dia baru saja menuruni tangga bersama Jacob saat Robert
muncul dari pintu depan. Langsung dia berlari menghambur ke pelukan suaminya
dan memberi kecupan kecil padanya.
“Hai baby” sambutnya dengan senyuman manis di bibir.
Robert balas memeluknya dan tersenyum, lalu berbalik untuk menjabat tangan
bossnya. Mereka bertiga duduk, Robert dan Jacob mulai bicara tentang bagaimana
jalannya meeting Robert, kesuksesannya mendapatkan kontrak dan betapa
menyenangkannya Puspa menemaninya malam itu serta tentu saja kemungkinan
kenaikan gaji dan kedudukan Robert karena keberhasilannya mendapatkan kontrak
tersebut. Puspa duduk di samping Robert, menggelayut manja di lengannya dengan
kedua kaki terlipat di bawah tubuhnya. Dia terus tersenyum manis pada suaminya,
tapi saat matanya melirik ke arah Jacob, dia berikan senyuman menggoda serta
pandangan mesum. Dia buat isyarat gerakan menghisap saat Robert tak
memperhatikan, bahkan tangannya bergerak menyentuh dadanya, meremasnya, menekannya
hingga membuat buah dada itu hampir tumpah keluar dari balik gaunnya. Hingga
akhirnya saat Jacob berpamitan pulang, Puspa memberinya sebuah pelukan dan
mendaratkan ciuman di pipinya.
“Aku dapatkan malam yang indah Pak Jacob, kita harus melakukannya lain kali,
secepatnya.” Ucapnya dengan senyuman menggoda.
“Aku juga Puspa, dan tolong panggil Jacob saja. Setelah malam ini kurasa kita
jadi bertambah akrab, jadi lebih baik kamu panggil namaku saja.” Jawabnya
dengan senyuman licik.
“Ok, Jacob.” Jawab Puspa.
“Dan kenapa kamu tidak datang saja ke kantor kapan-kapan. Kamu bisa lihat
kantor baru Robert sebelum kuberikan padanya. Tapi harus kupastikan kalau kamu
tak akan mengganggu kerjanya.” Ucapnya diiringi dengan tawa kecil.
“Oh tentu aku tak akan mengganggunya.” Jawab Puspa dengan senyum kecil.
Dan setelah itu, sang boss berusia tua itupun pamit. Robert dan Puspa naik ke
lantai atas dan langsung menuju kamar mereka, tapi bagaimanapun juga malam itu Robert
terlalu lelah untuk berhubungan seks dengan istrinya. Puspa merasa jauh lebih
lega, telah dia dapatkan persetubuhan yang begitu panjang, hebat dan sangat
memuaskan dan dia juga sudah terisi penuh oleh air mani dua kali, baiklah, sebenarnya
tiga kali. Jadi dengan segera dia jatuh terlelap dan memimpikan kesenangan yang
akan menunggunya nanti. Kini dia jadi terbiasa dengan persetubuhan terlarang
yang dia dapat. Tapi lain kali nanti, dia butuh sesuatu yang lebih menantang,
bahkan yang lebih tabu. Dan akan dia dapatkan itu, tak lama lagi.
Selesai


Comments
Post a Comment