Istri Seksi Jadi Budak Seks Boss (PART 6)
Setelah Aisah selesai mandi dan mengeringkan badannya, Robert merogoh tasnya dan memberikan Aisah pakaian. Pakaian tersebut baru, bukan pakaian yang dibawa dan dimiliki Aisah. Ternyata pakaian tersebut baru dibeli Robert bersama-sama dengan pakaian dalam yang tadi malam dikenakan Aisah. Aisah tidak memerhatikan pakaian tersebut, dia langsung pergi ke kloset untuk segera menutupi tubuhnya . Sekilas menurutku pakaiannya terlalu kecil.
Aisah keluar dari kloset mengenakan rok putih yang sangat tipis dan ketat, hampir-hampir tidak bisa menutupi pantatnya. Bajunya yang berwarna pink juga sangat tipis dan ketat sampai kelihatannya bisa sobek sewaktu-waktu terlebih dibagian dadanya yang tertekan membuat payudara istriku kelihatan menggembung. Ada logo klub sepakbola dari daerah tersebut di kausnya.
Bh Aisah yang berwarna orange terang kelihatan menerawang bahkan tali bhnya sesekali keluar dari kaosnya. Bhnya jenis yang hanya berbentuk separuh dibagian bawahnya saja, ditambah dengan bh tersebut mengangkat payudara istriku sehingga kelihatan seperti payudaranya akan meloncat keluar. Aisah beul-betul kelihatan seperti wanita yang biasa mangkal di pinggir jalan.
“Aku beli kaus itu di toko dekat hotel.,” kata Robert.
“Robert,mana celana dalamku,” kata Aisah, memberitahuku bahwa dia ternyata tidak mengenakan apa-apa dibagian bawah badannya.
“tidak pake celana dalam-celana dalaman sekarang.”
Di dalam mobil, kami tidak tahu kemana Robert akan membawa kami sampai di perempatan lampu merah dia berkata, “saya sudah bilang belum kalau kita mau nonton bola malam ini?”
“belum,” aku dan Aisah menjawab bersamaan, tapi aku tahu Robert hanya berbasa-basi menanyakannya.
“Ya, kita cuma bisa dapat tiket ekonomi gara-gara banyak orang. Pertandingannya mungkin kurang seru tapi yang penting rame-ramenya.”
“banyak orang?, rame-rame? ” tanyaku.
“Oh, Randy dan Billy ikut nonton. Mereka juga ngajak teman-teman mereka. Juga anak buah mereka.”
Kami sampai di parkiran stadion dan mendapat tempat parkir yang jauh dari stadiun kemudian segera mencari kelompoknya Randy dan Billy. Selagi kami mencari-cari Billy dan Randy diantara kumpulan suporter , Aisah menjadi pusat perhatian dan mendapat siulan dan godaan dari gerombolan suporter yang melihatnya.
Akhirnya kami menemukan Randy dan Billy sedang menunggu kami bersama beberapa teman dan anak buah mereka. Teman Billy dan Randy sama-sama berumuran kira-kira pertengahan 30an dan memiliki kesamaan fisik dengan mereka dikarenakan ternyata berasal dari daerah yang sama. Kemudian dua asisten Billy dan Randy yang kelihatannya baru lulus sma. Mereka semua laki-laki, tidak ada perempuannya. Billy, Randy dan kumpulannya yang membelikan tiket, sebagai imbalannya supaya imbang Aisah yang menjadi hiburannya. Para pria tersebut tidak bisa melepaskan mata mereka dari Aisah seakan menelanjanginya. Aku menduga-duga apakah Billy dan Randy sudah menceritakan kepada semuanya kalau mereka baru saja menikmati istriku. Bagaimanapun, kami sudah booking tiket malam ini dan aku tahu Robert ada rapat penting besok jadi aku yakin tidak ada kesempatan untuk berbuat gila malam ini. Kami hanya menonton pertandingan dan langsung ke bandara.
Sebagai selingan sebelum masuk stadion, mereka mengajak Aisah bermain bola sebentar. Ketika Aisah fokus pada bola, mereka mencolek-colek tubuhnya sembunyi-sembunyi. Ketika istriku mengejar bola, mereka menikmati suguhan belahan dada Aisah yang memantul-mantul diatas bh orangenya. Mereka sengaja meminta Aisah melempar bolanya daripada menendangnya supaya bisa melihat Aisah membungkukkan badannya. Kalau bolanya di kaki Aisah mereka berlarian kearahnya berpura-pura hendak merebut bolanya sambil menggerayangi tubuhnya. Akhirnya Aisah kelihatan pasrah saja menerima sentuhan-sentuhan nakal mereka.
Walaupun banyak kumpulan suporter lain disekitar situ, beberapanya wanita dan juga pihak keamanan, tapi Billy berani menepuk pantat Aisah sambil kulihat Randy memegang payudara Aisah. Suporter pria disekitar sana ikut tertawa melihat Randy memasukkan jari tengahnya ke belahan dada Aisah dan menggosok-gosokkannya disana.
Aku dan Robert masih berbusana pantai dan Robert menyuruhku mengambil pakaian baru dari tas di mobil. Sekali lagi aku benci meninggalkan Aisah sendiri walaupun ditengah keramaian. Aku menoleh kearahnya sebelum pergi.
“jangan khawatir,” kataRobert. “kujamin memeknya tetap aman sementara ini.”
Ketika aku berjalan kembali kulihat kulihat Aisah tidak ada di kumpulan kami, aku cemas Robert berbohong. Setelah mencari-cari aku melihat Aisah berada diantara dua kendaraan besar berjenis SUV yang parkir berdekatan. Badannya menyandar di salah satu SUV, Randy dan salah satu temannya bergantian menciumi bibirnya sembari memegang-megang payudaranya diatas bhnya dan mengesek-gesek memeknya yang tidak tertutupi apa-apa. Robert berdiri berjaga-jaga dekat kendaraan tersebut. Aku hanya bisa menatap dalam diam. Walaupun Aisah memang aman tidak disetubuhi, kelihatannya Robert menggunakan istriku untuk menghibur para suporter dengan mengijinkan mereka bergantian satu-satu atau sekaligus berdua menikmati bibir istriku dan memegang-megang tubuhnya.
Setelah Robert merasa cukup, kamipun bubar dan memasuki stadiun. Aisah duduk dekat dengan jalan, Robert disebelahnya. Randy dan Billy dibaris tepat dibawah Robert dan Aisah. Dan aku duduk bersama anak buah Randy dan Billy dibaris dibawahnya lagi. Yang lainnya duduk disekitaran kami.
Hal pertama yang kuperhatikan dengan jelas banyak laki-laki yang sudah bernafsu di bagian kami dikarenakan kelakuan Robert tadi, yang kedua semuanya memperhatikan semua tingkah laku Aisah. Yang ketiga tentu saja Aisah semakin gugup karena harus menjaga memeknya agar tidak kelihatan selagi dia mencoba duduk dengan roknya yang pendek dan ketat.
Semakin banyak suporter yang mulai mengisi stadion ketika kulihat Robert membisikkan sesuatu ke Aisah sambil matanya melirik kearah kakinya. Kulihat raut muka Aisah terkejut tapi pelan-pelan mengangkangkan kakinya. Dari dua baris dibawah ditempatku duduk, aku bisa lihat rambut kemaluannya dengan jelas dibawah roknya. Kemudian aku bisa membaca bibir Robert dengan jelas ketika dia berkata “lebih lebar,” ke Aisah, dan istriku mengangkangkan lebih lebar. Kaki kirinya bahkan berada di tangga tmpat orang naik turun dan kaki kanannya berdempetan dengan Robert. Sekarang bukan hanya rambut kemaluannya yang kelihatan, sampai bibir memeknya terlihat jelas olehku begitu juga gundukan memeknya dan selangkangannya.
Aku memandang cemas kebawah melihat penonton yang naik dan melihat Aisah. Belahan dada Aisah dan kakinya yang menjulur keluar ke tangga yang pertama-tama menarik perhatian mereka, tapi mata mereka semakin melotot setelah melihat memek istriku yang terekspos secara vulgar .
Penonton yang duduk pun mengetahui hal tersebut dikarenakan berita itu tersebar dari mulut-ke mulut dan semakin banyak penonton yang memalingkan wajahnya untuk menikmati keindahan memekAisah.
Setelah pertandingan dimulai, Robert sengaja berulangkali menyuruh Aisah untuk sesuatu. Entah membeli cemilan, kemudian minuman, rokok dsb tetapi menyuruhnya menghampiri penjualnya bukannya memanggil si penjual. Setiap kali Aisah naik atau turun tangga semua kepala menoleh ke arahnya untuk melihat guncangan belahan dadanya dan goyangan pantatnya. Hampir semuanya mengetahui Aisah tidak mengenakan celana dalam dan beberapa pria berjongkok dibelakangnya ketika dia naik untuk melihat kebawah roknya. Kelihatannya mereka berhasil mengintip memekAisah kelihatan dari ekspresi mereka yang puas. Bahkan ada penjual semakin mendekat dan sengaja duduk di tangga di sebelah Aisah sambil melirik-lirik roknya.
Pertandingannya berjalan membosankan. Skornya pun masih kacamata. Tapi tribun kami rame bukan dikarenakan cuaca yg hangat atau suporter yg fanatik tapi dikarenakan Aisah. Aku tidak tahu berapa orang yang sudah melihat memekAisah tapi mungkin jumlahnya lebih banyak dari yang melihatnya di pantai tadi sore.
Setelah pertandingan berjalan kurang lebih satu jam, penonton ditribun kami lebih banyak memperhatikan Aisah daripada menonton pertandingan. tribun kami semakin riuh rendah menyoraki Aisah yang berjalan kesana kemari. Bahkan beberapa dari mereka sengaja meremas pantat Aisah membuatnya hampir menjatuhkan belanjaannya..
Selama pertandingan, Billy dan Randy dan asisten mereka berbalik badan mengajak ngobrol Aisah sambil memelototi memeknya. Ketika pertandingan akan berakhir, Billy berkata, “Aisah, yang menarik dari pertandingan ini hanya kamu.”
“Aisah, pertandingannya membosankan,” kata Randy. “Coba kamu pamerkan dadamu supaya rame?”
Aisah tidak menjawab pertanyaan tidak senonoh itu. Tapi kedua asisten mereka, yang masih muda, horny mendengar keinginan bos mereka berteriak, “Ya, Buka bajunya! Pamerin dadanya!”
Kemudian mereka berteriak seirama, “Buka! Buka!”
Billy dan Randy mengikuti.
Tidak lama, hampir semua deretan dibawah dan diseberang kami ikut-ikutan bersorak. Melihat tingkah laku Aisah mereka yakin kalau Aisah adalah wanita penggoda yang eksibisionis.
“Buka! Buka!”
Akhirnya orang-orang di bagian lain mulai menoleh untuk melihat ada kejadian apa.
Aisah kelihatan malu sekali mendengar koor melecehkan tersebut, tapi tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya duduk disana menahan malu.
Ketika teriakannya semakin keras, Robert mengatakan sesuatu di telinga Aisah. Kuliat mulutnya menganga terkejut menatap Robert dan menggelengkan kepalanya.
Tapi semua keinginan Robert harus dipenuhi dan Aisah mengerti hal itu. Ketika Robert menyuruhnya berdiri, Aisah pun berdiri.
Dia menatap kerumunan penonton yang semakin berisik melihat target mereka berdiri.
Aisah dengan mata sayu memegang bagian bawah bajunya dan mengangkatnya. Teriakan penonton semakin keras. Tapi ketika sampai pada bhnya Aisah menurunkan bajunya kembali. Penonton merasa kurang puas, begitu juga Robert. Penonton meneriakkan “huu” sebentar kemudian kembali meneriakkan “Buka! Buka!”
Melihat tatapan Robert, Aisah mengerti apa yang harus dilakukan dan seperti mendapat pesan bahwa dia harus melakukannya. Aisah kembali mengangkat bajunya tetapi kali ini cup bhnya ikut diangkat. Payudaranya tertumpah keluar dan tergantung bergoyang-goyang dengan Aisah memegang baju dan bhnya diatas dadanya.
Kerumunan penonton berteriak keras sekali, paling keras selama pertandingan tersebut. Semua orang di tribun kami berdiri. Barisan dibelakangnya, kiri, kanan dan sampai kebawah. Mungkin ada lebih seribuan orang memandangi istriku yang sedang memamerkan payudaranya yang besar ke seluruh penonton. Aku yakin Robert kemudian meneriakkan sesuatu karena kulihat Aisah mulai memalingkan badannya kekiri kekanan mempertontonkan payudaranya lebih jelas dan menggoyangkan badannya untuk membuat payudaranya terguncang-guncang. Kerumunan penonton menyambutnya dengan teriakan-teriakan yang semakin memekakkan telinga.
Aisah tersenyum, mungkin atas perintah Robert bahkan berteriak “Wooooo!” Tapi dimataku jelas kulihat wajahnya ketakutan dan tangannya yang memegang baju dan bhnya gemetaran.
Kulihat banyak hp ditujukan ke Aisah dan beberapa pria berlari naik atau turun agar bisa memoto dengan lebih dekat. Melihat semakin banyak yang berlarian Robert akhirnya menyuruh Aisah menurunkan bajunya dan duduk kembali. Aisah mengusap sedikit air mata diiujung matanya sambil memakai kembali bh dan bajunya.
Penonton mulai tenang kembali ketika dua orang dengan badan besar dan jaket kuning naik tangga kearah kami. Ternyata mereka sekuriti dan mereka mengincar Aisah.
Mereka memerintah Aisah untuk mengikuti mereka. Robert berdiri mencoba berbicara dengan mereka tapi mereka tidak megindahkannya. Salah satu dari mereka memegang lengan Aisah dan menuntunnya turun tangga dibarengi teriakan huu dari para penggemar baru Aisah..
Robert turun mengikuti Aisah, membawakan tasnya. Akupun mengikuti kebawah tribun. Dua orang sekuriti tersebut membawa kami ke pos sekuriti.
Dalam ruangan yang mengintimidasi, salah seorang sekuriti berkata, “Kami akan menahannya sementara sebelum polisi datang yang akan menahan dengan tuduhan menganggu ketertiban umum.”
“Ayolah, pak, dia hanya bersenang-senang. Dia tidak menyakiti siapapun.” Bela Robert.
“Anda suaminya?” tanya sekuriti kedua.
“Bukan,” kataku, “Saya suaminya.”
Robert mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar ratusan ribu. “Saya rasa kita bisa melupakan semuanya dan memberinya sekedar peringatan..”
Kedua sekuriti tersebut saling menatap memikirkan sesuatu. Aku tidak yakin apakah mereka akan mengambil uang tersebut atau ikut menahan Robert..
“Tidak bisa,” kata sekuriti pertama.
Tapi Robert yang tidak biasa ditolak membalas. “Bagaimana kalau…” dia diam sebentar, menurunkan suaranya. “bagaimana kalau dia memberi kalian pertunjukan pribadi?”
“maksudmu dia mau memamerkan dadanya ke kita?”tanya sekuriti kedua.
“Ya, itu maksud saya. Kalian dapat menikmati tontonan payudaranya dengan jelas. DAN uangnya tetap saya kasih. Habis itu lepaskan kami.”
Kedua penjaga tersebut memandangi Aisah yang memakai pakaian seperti wanita jalanan, kemudian saling menatap, dan kembali memandang Aisah, dan kembali lagi saling menatap.
“Baiklah,”kata sekuriti yang pertama. “kasih liat barangnya.”
Robert mengangguk ke arah Aisah. Aisah menarik nafas panjang,menghembuskannya kemudian dengan patuh mengulangi kejadian didalam stadion tadi. Dia mengangkat baju sekalian bhnya dan payudaranya menjadi tontonan sekuriti yang ternganga-ngangga.
Tetapi kedua sekuriti tersebut ternyata tidak puas dengan hanya melihat. Sekuriti pertama memegang payudara kanan Aisah. Ketika Robert, Aisah maupun aku tidak ada yang protes, sekuriti kedua ikut memegang payudar kiri istriku dan meremas-remasnya.
Kami berlima berada di ruang sekuriti dibawah lampu yang remang-remang dengan dua orang sekuriti dengan kasar memainkan payudara istriku. Sekuriti pertama kemudian meletakkan tangannya yang bebas dibawah rok Aisah dan mulai mengelus memeknya. Sekuriti kedua meremas-remas pantatnya membuat roknya terangkat memperlihatkan memek dan pantatnya dengan jelas dan gerayangan tangan-tangan tersebut.
Aku bertanya-tanya sampai kapan mereka puas ketika kulihat sekuriti kedua berdiri dibelakang Aisah dan mengeluarkan kontolnya. Sebelum kami sempat bereaksi dia sudah menghujamkan kontolnya kedalam memekAisah dari belakang. Dia mendorong badan Aisah kedepan dan menyetubuhinya dengan cepat.
Sekuriti pertama tidak mau ketinggalan segera mengeluarkan kontolnya dan dengan Aisah membungkuk dengan kedua tangannya di lututnya, Sekuriti tersebut membuka jaketnya dan memasukkan kontolnya ke mulut Aisah.
Aisah berpegangan pada pinggang pria didepannya sementara dia membungkuk mengulum kontolnya sambil digauli dari belakang. Kemudian pria dibelakang Aisah mengangkat Aisah berdiri, membaliknya dan mengangkat sambil mengepaskan kontolnya di memekAisah dan kembali menyetubuhinya dengan memegang pantat Aisah.
Tidak mau kalah, sekuriti satunya berdiri dibelakang Aisah dan mulai memasukkan kontolnya ke lubang pantat Aisah. Istriku sekarang seperti melayang diantara dua pria berbadan besar yang satu menyetubuhi memeknya dan yang lain memerkosa pantatnya.
Bahkan Robert kagum melihat tenaga mereka. Aisah merintih merasakan badannya naik turun diatas kedua kontol mereka. Mereka berdua menggenjot dengan cepat memanfaatkan momen saat ini yang pasti tidak akan terulang. Aisah menggeliat dan kepalanya terlempar kesana kemari , tangannya memeluk pria didepannya.
Pria yang menghujam memeknya orgasme duluan diikuti tak lama kemudian pria yang menyodok pantatnya. Mereka kemudian melempar Aisah kearahku . Mereka memakai celana dan jaket kuning mereka dan berkata, “Ok, keluar. Langsung keluar stadion keparkiran dan jangan kembali lagi.”
Kami bergegas keluar pos sekuriti dan mencari pintu keluar menuju kendaraan kami dan segera menuju bandara.
Comments
Post a Comment