Istri Seksi Jadi Budak Seks Boss (PART 5)
Aku bangun dan melihat Robert keluar dari kamar mandi dan berpakaian. Hari sudah terang.
Kutoleh Aisah. Dia masih telanjang didalam selimut dikasur sebelahku. Dia sudah bangun dan sedang menatap Robert.
“Saya ada rapat,” ujarnya. “Saya kembali kira-kira dua jam lagi. Kalian berdua istirahat dulu. Nanti kalau saya sudah kembali kita jalan-jalan ke pantai.”
Setelah Robert keluar kamar, kutatap Aisah dan dia balas menatapku dengan raut muka malu, menyesal, sedih jadi satu. Kemudian dia memunggungiku dan tidur kembali. Sejam kemudian, aku naik kekasurnya. Aku ikut berbaring telanjang disebelahnya, di ranjang yang telah ternoda dimana dia telah bersetubuh dengan lelaki lain.
“Bagaimana perasaanmu?” Aku bertanya.
“Bagaimana kira-kira perasaanku? Aku merasa sangat malu,kotor,terhina,” jawab Aisah.
Perasaanku campur aduk. Aku juga ikut merasa tersakiti. Dan aku juga merasa malu dan marah karena laki-laki lain bisa membuat istriku orgasme dengan mudahnya dan berkali-kali. terlebih aku juga ingin menggaulinya. Melihat istriku “dipake” orang lain membuatku terangsang. Tapi tentu saja aku tidak bisa bilang mengenai hal itu kepadanya.
“Sampai kapan dia memaksaku melakukan hal seperti ini?” tanya Aisah.
“aku tak tahu,”kataku. “Tapi kita sudah booking tiket pulang malam ini. Kurasa dia sudah tidak akan melakukan apa-apa lagi sampai kita pulang nanti.”
Aisah menangis dan segera tertidur kembali.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Robert kembali tepat sebelum pukul 11 waktu setempat. Aku dan Aisah sudah selesai mandi. Karena Robert sudah bilang kalau kita akan pergi ke pantai, kami sudah memakai baju renang kami dilapisi dengan kaos dan celana . Terlebih Aisah tidak ingin kelihatan menggoda ketika Robert kembali.
Robert menyuruh kami berkemas dan checkout dari hotel. Sambil berjalan keparkiran, aku berpikir berapa banyak orang dihotel ini yang melihat istriku telanjang dan berhubungan intim tadi malam.
Robert berlaku biasa-biasa saja, bahkan dia yanag menyupiri sendiri mobil kami. Setelah sampai, kami membawa alas masing-masing dan berjalan dari parkiran menuju pantai. Kulihat pantainya tidak ramai, walaupun cuaca mendukung, hangat dengan angin sepoi-sepoi.
Kemudian kulihat papan penunjuk. Disitu tertulis , “PANTAI PRIVAT. KHUSUS GOLONGAN TERTENTU.”
Aisah juga melihatnya. “Golongan tertentu?”
“Pantai nudis,” jawab Robert. Disini boleh tidak memakai pakaian. Tentu saja arman dan Aku tetap berpakaian tapi kamu harus berlaku seperti kaum nudis, Aisah.”
Aisah terkejut. “Tidak mau! Kenapa?”
Robert hanya memandang dengan tegas, dan Aisah langsung terdiam, mengerti bahwa tidak ada gunanya membantah orang yang memegang hidup anak kami.
“Ayo, Aisah, buka baju,” perintah Robert.
Aku memandang sekeliling. Hanya ada satu-dua orang berjalan-jalan di pantai, tapi ada beberapa orang yang berbaring diatas alas dan kursi menikmati matahari. Walaupun berpakaian minim tapi tidak ada yang benar-benar telanjang bulat. Aisah gemetaran tapi segera meletakkan alasnya, dan melepaskan kausnya. Kemudian dia membuka resleting dan melepaskan celana jeansnya memperlihatkan baju renangnya yang one-piece berwarna hitam yang rencananya akan dipakai.
Setelah terdiam sebentar, Aisah melepas baju renangnya membuat payudaranya menyembul keluar. Kemudian membungkuk sedikit mendorong baju renangya turun ke kakinya.
Tubuhnya yang bugil sudah berulangkali dipertontonkan dihadapan Aku dan Robert. Tapi tetap membuat kontolku mengeras melihatnya telanjang bulat di siang hari bolong dengan banyak orang yang tidak kami kenal memandang kearahnya.
“Ok, Aisah, kamu kelihatan mempesona! Ayo kita berjalan-jalan.”
“Mau kemana kita, pak?” Tanyaku.
“Sekedar jalan-jalan di sepanjang pantai kira-kira setengah kiloan. Saya ada janji dengan beberapa orang disana.”
Aku tidak bertanya siapa orang tersebut. Aku kenal betul Robert, kalau dia mau kita tahu siapa mereka dia pasti memberitahu. Yang menjadi permasalahan sekarang adalah istriku sekarang bugil dan kita harus berjalan lumayan jauh.
“Kamu jalan didepan, Aisah,” perintah Robert. “kami tepat dibelakangmu.”
Aisah mulai berjalan disepanjang pantai telanjang bulat. Robert dan aku mengikutinya kira-kira lima meter dibelakangnya. Robert seakan-akan berpura-pura kita tidak bersama-sama Aisah. Kulihat istriku dengan prihatin. Ketika dia berjalan, kedua bongkahan pantatnya naik dan turun dengan indahnya berbarengan dengan pinggulnya yang bergoyang kiri kanan. Walaupun badannya sudah kurang kencang tapi masih kelihatan sekal dan montok. Kupikir dia masih kelihatan seksi sekali dan kontolku mulai berdiri.
Robert juga memperhatikan Aisah. tapi selain memperhatikan istriku yang telanjang, kami juga melihat-lihat sekeliling. Kebanyakan masih mengenakan sesuatu walaupun minim, kecuali beberapa orangtua. Berkali-kali ada orang yang menuju kearah kami dari depan, entah kebetulan ataukah sengaja. Setiap berhadapan mereka memelototi selangkangan istriku yang dihiasi bulu kemaluan yang tipis dan payudaranya yang bergoyang-goyang. Bahkan dari belakang aku bisa melihat bagian sisi payudaranya yang berayun-ayun kekanan kekiri. Setelah mereka melewati Aisah, mereka menoleh kebelakang untuk melihat pantatnya yang telanjang.
Kulihat grup mereka berkumpul dengan yang sebaya. Yang sudah tua baik pria maupun wanita membentuk grup-grup, begitu juga yang paruh baya, dan yang pasangan-pasangan. Mereka kelihatannya dari orang-orang kalangan atas seperti halnya Robert. Cuma ada satu-dua grup yang berisi anak-anak muda yang single. Tapi merekalah yang paling kelihatan terang-terangan menikmati pemandangan tubuh istriku. Bahkan ada yang sengaja berbalik lagi untuk melihat sekali lagi tubuh Aisah walaupun sudah melewatinya. Ada beberapa pasangan dan grup walaupun sudah berbaring diatas alas atau duduk dikursi mengangkat wajah mereka untuk melihat ketelanjangan Aisah.
Setelah beberapa lama, kami mulai membuat suatu barisan dibelakang Aisah. Ada yang berulang-ulang bergegas kedepan untuk melihat bagian depan tubuh Aisah. Tapi kebanyakan memilih berjalan dibelakang bersama-sama melihat goyangan pantat Aisah.
Robert mengeluarkan hpnya dan mulai merekam Aisah dari belakang. Kuperhatikan layarnya ketika dia menzoom ke pantat Aisah yang berayun-ayun. Kemudian dia juga merekam orang orang yang terpesona melihat Aisah yang telanjang bulat.
Grup anak muda yang sedang jogging dengan kaus yang seragam berlari menyusul kami. Mereka berteriak-teriak menggoda Aisah dengan keras. Beberapa orang asing yang kami lewati bersiul-siul dan berkomentar dengan bahasa mereka masing-masing yang untungnya tidak kumengerti.
Kurasa kami telah jalan berkilo-kilo sampai kulihat dua orang melambai kearah kami. Robert melambai kembali.
Setalah dekat, aku mengenali kedua orang tersebut. Mereka adalah Billy dan Randy.
Aku kenal Billy dan Randy. Mereka dulu satu kantor denganku. Kemudian mereka dapat promosi dan membuka cabang disini. Aku tidak menyukai mereka. Sifat mereka mirip. Mungkin karena sama-sama dari timur. Mereka seumuran denganku, berbadan besar, bicaranya lantang menjurus kasar, dan agresif, dan tak tahu malu. Seharusnya aku yang dapat promosi tersebut, karena aku yang lebih banyak bekerja daripada mereka yang lebih banyak mengandalkan bicara. Mereka juga mata keranjang, sering menggoda bahkan bisa dibilang melecehkan pekerja-pekerja wanita dikantor. Aisah pernah bertemu mereka di acara-acara kantor. Dia tahu pendapatku tentang mereka dan kelihatannya pendapatnya pun sama.
Dan sekarang, rival kerjaku akan melihat istriku telanjang bulat.
Robert berjalan menuju Billy dan Randy yang duduk diatas alas agak jauh dari pantai, ditempat dimana sudah bukan daerah pasir lagi tapi sudah daerah rerumputan dan berbatu. Robert menjabat tangan mereka berdua dan berpaling kearahku dan Aisah, yang sedang berdiri tepat dibelakangku dan tangannya mencoba menutupi kedua payudaranya.
“Billy dan Randy ikut rapat tadi pagi, dan saya ajak mereka kesini.,” kata Robert kepadaku dan Aisah. Kemudian dia berpaling ke Billy and Randy. “Saya yakin kalian sudah saling mengenal.”
“Apa Kabar, arman,” ujar Billy.
“Hai, arman,” kata Randy. Tapi mata mereka terus menatap Aisah.
“Aisah, bukan?” tanya Billy.
“Jangan sembunyi, Aisah, gak usah malu,” kata Randy. “Badan bagus begitu sayang kalau ditutupi.” Randy mencengkram tangannya dan dan menariknya keluar dari belakang tubuhku. Kedua rivalku memandangi tubuh telanjang istriku yang wajahnya memerah menahan malu.
“Astaga, kamu kelihatan lebih menggairahkan daripada bayanganku selama ini. Aku sering membayangkan kalau kamu telanjang, Aisah,” senyum Billy, berulangkali memandang Aisah dari atas sampai bawah sambil berputar depan belakang.
“Susumu bagus, Aisah,”komentar Randy.
Billy kemudian mengambil dua buah kaleng bir di cooler. “Mau minuman dingin?” Dia menawarkan pada Aisah dan Robert. Aisah menolak , sedangkan Robert menerimanya.
“Ayo kita santai-santai dulu,” bilang Robert. Dia membeber alasnya dibelakang tempat Billy dan Randy. Kemudian dia membeber alas Aisah diluar perkiraanku sengaja diantara Billy dan Randy..
“Duduk duduk dulu Aisah,” kata Robert, dan dia menggandeng Aisah menuju alasnya. Aisah, tanpa ekspresi mngikuti dan duduk di alasnya dengan memeluk lututnya untuk menutupi payudaranya.
“Ada yang bawa krim matahari?” tanya Robert.
“Gak bawa,” kata Billy.
“Aku juga,” ujar Randy.
Aku hanya mengggeleng.
“Ya sudah, untung saya bawa,” senyum Robert. Dia meraih ke kantong bawaannya dan mengeluarkan sebotol besar lotion dan melemparkannya ke Billy. Dia sudah duduk di sebelah Aisah. “Kasih dia krim. Jangan sampai badannya yang bagus terbakar matahari apalagi bagian-bagian “penting”nya.”
Billy dan Randy tertawa. Kemudian Billy berkata, “Ayo baring tengkurap, Aisah.”
Aisah dengan patuh berbaring tengkurap. Kedua kakinya sedikit terpisah, Robert yang tepat dibelakangnya melihat dengan jelas lekuk tubuh Aisah dari kaki,betis, paha, pantat, dan sedikit bentuk selangkangannya. “Pemandangannya bagus dari sini,” tawa Robert.
“Disini lebih bagus,” ujar Billy yang berlutut tepat disisi Aisah. Dia membuka botol lotion dan menuangkannya di punggung Aisah. Kemudian Billy mengoleskannya diatas tubuh telanjang Aisah, berlama-lama menikmati tiap waktunya. Dia memulai pijatannya dari bahu dan punggung Aisah dan pelan-pelan menuju pinggulnya. Kemudian dia menuang banyak cairan lotion dikedua bongkahan pantat Aisah. Dia meletakkan botolnya kemudian meremas-remas pantat telanjang Aisah. Dia meremas-remas pelan-pelan sambil terus menggagumi tubuh Aisah. Dia juga memainkan pantat Aisah dengan menggoyang-goyangnya. Randy yang duduk tepat disebelah Aisah melihatnya dan menyeringai. Billy bahkan membuka belahan pantat Aisah, menuang lotion disana sampai mengenai lubang pantatnya.
Billy menyemprotkan lotion ke paha Aisah dan mengoleskannya sampai kebawah. Dia berlama-lama mengoleskannya dibagian bawah, sengaja sambil menyentuh memekAisah yang berbulu tipis. Kulihat dari tubuhnya yang sesekali tersentak.
Setelah Billy selesai mengolesi sampai betis Aisah, Randy mengambil botol lotionnya dan berkata, “Sekarang baliknya, Aisah.”
Aisah duduk dan berbalik, melihat Robert dengan tatapan memohon agar Robert menolongnya. Tapi Robert membalas dengan meminum birnya dan melirik memekAisah sambil tersenyum sinis.
Aisah menyandarkan tubuhnya diatas kedua sikunya, kakinya sedikit terpisah. Tubuhnya kelihatan putih mulus, kecuali dibagian kaki dan dada bagian yang sedikit kecoklatan karena matahari. Payudaranya yang tidak pernah terkena matahari sama sekali berwarna putih pucat. Tubuhnya kelihatan indah dengan posisinya yang bertumpu dikedua sikunya dan kakinya dilipat.
Randy memulai dari kaki dan betisnya, menuang lotion di tubuh Aisah dan mengoleskannya, dia melakukannya sambil tersenyum kearah Aisah. Kemudian naik ke pahanya membuat kedua kaki Aisah membuka lebar sambil menggoyang-goyang paha Aisah yang sekal.
Randy mengoleskan lotion dipinggul Aisah dan dan menyusuri bulu tipis di selangkangan Aisah sampai menyentuh memeknya. “Kita pastinya tidak mau “INI” terbakar matahari,” tawanya.
Aisah tersentak dan mulai mendesah.
Olesan Randy naik ke perut Aisah, dan kulihat puting Aisah mulai mengeras. Tak lama putingnya betul-betul membesar dan mencuat seakan-akan mengundang Randy untuk memainkannya.
Akhirnya Randy menuangkan banyak lotion di payudara Aisah sampai jatuh mengalir ke belahan dadanya. Randy meletakkan botolnya dan dengan kedua tangannya memijat payudara istriku. DIa memegang payudara Aisah dengan kedua tangannya dari bawah sampai kelihatan menggelembung, meremasnya pelan, digoyang-goyangkannya bahkan sesekali ditamparnya membuat Billy dan Robert tertawa-tawa.
“Sini kubantu,” kata Bill dan memegang payudara kiri Aisah dan memainkannya dengan kasar sementara Randy meremas-remas yang sebelah kanan. Akhirnya Aisah mulai merintih.
“Ok , biarkan perempuan itu berjemur dulu,” kata Robert. Aisah berbalik tengkurap lagi dengan kedua rival kerjaku tetap berbaring disampingnya, menikmati keindahan tubuh istriku sambil merayu dan menggodanya. Robert hanya berbaring ditikarnya, meminum birnya dan memandangi selangkangan Aisah.
Kami berada di lokasi pantai yang agak menyempit, tidak begitu jauh dari pesisir pantai, dan sekarang banyak orang yang berjalan-jalan dipantai. Kulihat hampir seluruhnya dengan niat menikmati tubuh Aisah. Mereka berlama-lama berhenti di sisi pantai ini, berpura-pura bermain-main diair. Mengetahui itu, Robert menyuruh Aisah berbalik dengan alasan supaya punggungnya tidak telalu lama dijemur tapi aku yakin dia hanya ingin Aisah mengekspose Payudara dan memeknya kekerumunan orang tersebut dan dirinya sendiri.
Tak berapa lama, Robert berdiri dan berkata, “Ayo, Aisah, kita berendam di air.”
“Ya, Aisah,” jawab Billy. “Waktunya main.”
“Aku ikut,”kata Randy, dan mereka menarik Aisah yang ogah-ogahan berdiri.
“arman, kamu tetap disini dan jaga barang-barang kita,” perintah Robert. Robert, Billy, dan Randy menemani istriku yang telanjang bulat ke pantai.
Robert dan Billy menggandeng tangan Aisah dan menuju ke pantai, Randy kembali sebentar mengambil bola. Mereka berempat kemudian bermain lempar tangkap. Mereka sengaja menjaga Aisah tetap di posisi air yang dangkal sehingga ketelanjangannya bisa dinikmati orang-orang yang sedang berjalan-jalan dan beberapa kelompok orang yang entah sejak kapan membeber alas di sekitar mereka. Payudara besar Aisah dan Pantatnya yang montok bergoyang liar ketika dia melempar bola dan berlari mengejar bola tersebut. Ketiga orang tersebut kelihatannya sengaja melempar bola terlalu keras atau terlalu pelan sehingga Aisah terpaksa berlarian kesana kemari membuat payudaranya terguncang-guncang. Aku yakin dia lebih memilih bisa berada di dalam air yang dalam untuk menyembunyikan ketelanjangannya.
Tetapi ketika dia berhenti bermain dan pergi ke bagian yang sedalam pinggang, malah mengundang kemarahan Robert. Robert mengejarnya dan menyemangati Billy dan Randy untuk mengikutinya dan menarik Aisah ke tempat yang lebih dalam. Dari tempatku, kulihat Billy mencoba mengangkat Aisah. Aisah memang tinggi dan lumayan berisi tapi Billy juga tinggi besar dan jelas lebih kuat. Diangkatnya Aisah dan dilemparkannya ke daerah yang lebih dalam. Kemudian dipegangnya, diangkat lagi dibagian pantat sambil mengendus-endus dadanya sebelum dilemparkannya lagi kedalam air.
Aisah dihalangi dari lari ke tepi pantai, jadi dia diam di dalam air setinggi dada menyembunyikan tubuhnya. Billy mendekatinya lagi dari depan dan memegangnya. Aisah mencoba lari tapi Randy sudah berdiri dibelakangnya dan menjaganya. Siku Billy kulihat berada disamping badannya dan tangannya didepan. Kelihatannya dia sedang memegang-megang payudara Aisah. Aisah menggeleng-gelengkan kepalanya, matanya menatap nanar bergantian kearahku dan Robert yang berdiri di dekat situ memandanginya. Randy berdiri dibelakang Aisah tapi aku tidak bisa melihat kedua tangannya yang berada didalam air. Kemudian ketika ada ombak, aku bisa lihat ternyata benar kedua tangan Billy memainkan payudara Aisah dan kedua tangan Aisah di dada Billy, kelihatannya mencoba menjauhkan Billy tapi kulihat usahanya sia-sia, entah memang kalah tenaga atau hanya pura-pura. Sementara untuk Randy , kedua tangannya kulihat berada dibawah didepan badannya dan aku membayangkan yang terburuk, Dia meremas-remas pantat Aisah atau bahkan lebih parah lagi, memainkan memekAisah.
Kemudian Robert mulai berciuman dengan Aisah bahkan mereka berpagutan lidah. Setelah itu Billy dan Randy bergantian berciuman panjang dengan istriku yang telanjang bulat di dalam air, tangan mereka tidak kelihatan entah dimana dan menjamah apa.
Mereka kemudian kembali dan menggeringkan badan. Billy dan Randy bernafsu ingin menghanduki Aisah tetapi Robert melarang.
“teman-teman, biarkan Aisah menggeringkan badannya sendiri dan memakai lotion sendiri,” kata Robert. Kukira dia mulai berbaik hati sampai kudengar dia melanjutkan. “aisah, berdiri agak kesana dan handukan disana. Kasih hiburan buat semuanya.”
“Semuanya” maksudnya kumpulan orang-orang yang entah kapan membeber alasnya disekitar tempat kami. Aisah memang sudah bukan remaja, tapi dengan tubuhnya yang tinggi dan berisi ditambah wajah yang cantik menjadikan dialah yang paling menonjol dipantai ini walaupun ada wanita lain yang berpakaian sangat minim bahkan juga telanjang. ada kira-kira 40 orang duduk dan berbaring di area sekitar tempat kami dan tanpa segan segan memandangi Aisah. Lebih banyak lagi yang sudah melihat Aisah dan ketiga orang pria “bermain-main” di air memutuskan untuk berhenti dan berdiri dipantai melihat apa aksi selanjutnya. setelah aku dan juga Aisah mengetahui kebejatan Robert, kami mengerti kalau Robert menginginkan Aisah mempertontonkan tubuhnya, sama seperti kejadian tadi malam di hotel.
Aisah mengambil handuknya dan berjalan menjauh dari kami menuju pantai. . “Cukup,” bilang Robert.
Aisah mulai menggeringkan badannya yang depan membuat payudaranya menggelembung dan terguncang. Kemudian membungkukkan tubuhnya untuk mengeringkan selangkangan dan kakinya, membuat payudaranya menggantung. Dan mengangkat kakinya bergantian untuk menghanduki betisnya.
Robert kemudian melemparkan tabir surya ke Aisah. “Mulai dari dadamu.”
Aisah menuangkan krim ke dadanya, meletakkan botol, kemudiaan pelan-pelan mengoleskan krim ke payudaranya, mengangkat dan meremas-remas seperti yang dilakukan Randy tadi.
“Digoyangkan juga. Cepat.”
Aisah menggoyangkan payudaranya sendiri dengan cepat sambil menarik putingnya dan menangkupkan tangannya di kedua payudaranya.
Kuperhatikan kerumunan disekitar kami. Ada grup mahasiswa sambil minum-minum, golongan yang kutebak kutu buku atau computer freak yang mungkin kesini niatnya memang melihat cewek telanjang, beberapa orang tua yang harusnya lebih banyak beribadah tapi berjalan-jalan disini memakai kacamata hitam untuk melirik wanita-wanita muda. Ada juga pasangan paruh baya yang mungkin tidak berniat menonton Aisah tetapi penasaran dengan semua tingkah lakunya. Kulihat banyak dari mereka mengarahkan smartphone mereka ke arah Aisah, bahkan ada pemuda dibukit diatas sebelah kanan kami mengarahkan kameranya yang ada lensa panjangnya.
Aisah mulai mengoles bagian bawah badannya, Robert tetap sambil mengeluarkan perintah-perintah dan memuji Aisah kalau dia menurutinya dan kelihatan menggoda. Aisah menggolesi perutnya sambil tetap menggoyangkan payudaranya. Aisah hanya menunduk malu karena dia mengetahui banyak orang memandangi tubuhnya.
Aisah membentangkan kakinya dan mengoleskan lotion di pahanya kemudian betisnya sambil membungkuk sehingga payudaranya tergantung bebas menjadi tontonan bagi kumpulan orang-orang tersebut.
Semakin banyak orang yang berjalan-jalan dipantai kemudian berhenti, pertama mereka penasaran apa yang membuat banyak orang berhenti dan setelah mengetahui sebabnya ikut menikmati tontonan erotis dari seorang wanita yang tinggi, seksi dan cantik. . sekarang mungkin ada seratus orang yang memperhatikan. Dan Billy dan Randy juga terdiam melihat aksi istriku yang menggairahkan.
Ketika Aisah mengolesi bagian bahu dan punggungnya, dia mencondongkan badannya kebelakang membuat payudaranya semakin membusung. Kedua payudaranya terguncang-guncang ketika Aisah menggosok bagian atas dan bawah punggungnya. Tapi ketika Aisah hendak mengolesi pantatnya, Robert menyuruhnya untuk berbalik.
Aisah membungkuk lagi untuk mengolesi bagian belakang kakinya dan aku yakin orang-orang yang menonton dapat melihat sesaat belahan memeknya diantara kedua kakinya mungkin juga lubang pantatnya.
Akhirnya Aisah menyelesaikan shownya dan berjalan kembali ke tempat kami. Grup mahasiswa yang menonton sambil minum-minum serempak bertepuk tangan.
Aisah diperintahkan kembali ke alasnya diantara Billy dan Randy. Dia membaringkan badannya miring ke kanan dan dari posisiku kulihat payudaranya ikut menggantung kesamping. Lutut kirinya agak naik sedikit dan kulihat tangan Billy memainkan pantatnya dan mencoba mengarah ke antara kakinya untuk mengelus-elus bulu kemaluannya. Randi yang disampingnya dan tepat didepan Aisah, memainkan putingnya sambil berbisik-bisik.
Kami berada tidak jauh dari pantai sehingga orang yang lewat atau yang berjemur bisa melihat apa yang mereka lakukan. Kudengar Robert berkata ke Randy kalau aktivitas seksual dilarang dan siapa yang melakukannya bisa ditahan. Peringatan itu membuat gerayangan mereka mereda, tapi bukan berarti jamahannya berhenti. Billy memainkan rambut Aisah dari belakang dan Randy mengelus-elus paha istriku.
Robert berteriak, “Bir kita habis.”
Billy menjawab, “ada bar di hotel diatas sana. Hei arman, bisa kamu jalan kesana dan belikan beberapa botol bir.” Robert menggangguk kearahku. Dengan enggan kutinggalkan istriku dengan tiga orang laki-laki bejat. Aisah menatapku dengan takut ketika aku berdiri, tapi aku tidak membalas apa-apa.
Aku berjalan ke hotel dan membeli beberapa botol bir. Ketika aku kembali kulihat pakaian kami masih disana tapi tidak ada siapa-siapa. Kucari disekitar pantai tetap tidak ada. Di dataran yang agak tinggi dari tempat kami, kulihat celana renang diatas kayu. Celana tersebut persis seperti yang dikenakan Randy.
Aku menaiki bukit kecil, persis diatas tempat kami menggelar tikar. Kulihat beberapa orang di cekungan yang terlindungi gundukan pasir. Aku menyembunyikan diri biar tidak kelihatan sampai cukup dekat untuk mengenali istriku, bosku dan rival kerjaku. Aisah dan Randy berada di alas milikku. Randy tengkurap tepat diatas istriku. Billy dan Robert duduk didekat mereka diatas bongkahan kayu yang besar.
Aku mendekati mereka dan melihat pantat Randy yang sudah tanpa busana diantara kaki Aisah, bergerak naik turun dengan cepat. Dengan suara ombak dan angin aku tidak bisa mendengar apa-apa tapi bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi. Randy yang sudah telanjang menggauli istriku yang bugil. Rambut Aisah mulai menggering dan berantakan membuatnya kelihatan liar dan seksi. Tangan Aisah memeluk tubuh Randy ketika Randy menyodoknyanya. Kakinya terpentang lebar, pahanya menegang.
Randy menggenjot dengan cepat dan ternyata selesai dengan cepat. Kulihat Billy dan Robert berdiri. Segera setelah Randy bangkit dari tubuh Aisah, Billy dan Robert berjalan ke arah mereka dan mengangkat Aisah yang sedang mengambil nafas. Robert kembali duduk diatas kayu dan Aisah berlutut didepannya diatas alas. Aisah kemudian membungkuk dan mengulum kontolnya. Billy membuka celana renangnya dan berlutut dibelakang Aisah. Dia memasukkan kontolnya ke memekAisah dan menggenjotnya posisi doggie style.
Ku memandang sekelilingku. Ternyata masih ada pemuda di atas bukit dengan kamera berlensa panjangnya. Pasti memoto istriku sedang digauli beramai-ramai oleh bos dan rival kerjaku.
Aku tidak tahu apakah ada yang sudah orgasme atau belum tapi kulihat mereka berganti posisi. Robert berbaring dan Aisah naik diatasnya menghadap kekakinya. Robert mencoba menusukkan kontolnya keatas berkali-kali, kulihat kelihatannya bukan mencoba mengarah ke memeknya tapi ke lubang pantatnya. Setelah berkali-kali dan akhirnya berhasil dia menarik Aisah berbaring di atas tubuhnya. Kemudian Billy Memasukkan kontolnya lagi ke memekAisah dan Akhirnya Aisah disetubuhi dikedua lubang tubuhnya.
Saat ini aku bersumpah mendengar Aisah menjerit-jerit, tapi karena suara angin dan ombak dipantai jadi suaranya teredam. Aisah digauli dengan kasar, diperlakukan sebagai sarana melampiaskan nafsu mereka yang sudah di ubun-ubun melihat semua aktivitas Aisah tadi.
Setelah double penetration itu selesai. Mereka masih melanjutkannya. Aisah menghisap kontol Randy dan kontol Billy dan Robert dikocok-kocok. Kemudian Aisah dibaringkan dengan perutnya diatas kayu membuat Payudaranya menggantung dan Robert berlutut dibelakangnya kembali memperkosa pantatnya dengan kasar. Billy berlutut di bagian lain dan memasukkan kontolnya ke mulut Aisah. Aisah bergantian mengulum kontol Randy dan Billy sambil mereka meremas-remas payudaranya dengan keras.
Lebih dari satu jam kemudian baru mereka selesai. Mereka bertiga dan istriku akhirnya melihatku yang duduk mematung diatas bukit tapi aku tidak bergabung dengan mereka. Ketika kulihat mereka membersihkan pasir dari tubuh mereka dan membereskan alas, aku kembali ketempat asal kami. Aku benci memikirkan rival kerjaku yang brengsek tahu aku hanya melihat dengan pasif mereka menyetubuhi istriku.
Kami sangat letih dan dan kehausan ketika kembali ke mobil kami. Kulihat jam dan masih ada enam jam sebelum kami pergi kebandara dan kami sudah telanjur checkout. Badan kami kotor, penuh pasir dan keringat. Kami perlu mandi. Billy mengatakan pada Robert ada kamar mandi umum di dekat tempat parkir. Robert yang berinisiatif mengambil tas dari mobil, tapi menyuruh kami menunggu di kamar mandi. Aisah masih telanjang bulat, berdiri dan menjadi pusat perhatian dari orang-orang yang keluar masuk dari kamar mandi dan beberapa orang yang hanya bersantai di tempat parkir. Dan ketika Robert kembali dia hanya membawa tasnya saja. Dia mengeluarkan sabun dan shampo yang didapat dari hotel. “Aku tidak pernah memakainya tapi kuambil karena dibolehkan dan mereka jadi milikku jadi bisa kuperlakukan semauku” jelasnya menjelaskan filosofinya terhdap sabun itu dan istriku.
Ternyata kamar mandi umum itu hanya ada toilet dan wastafel tapi tidak ada kamar mandi. Tapi diluar ada shower tempat orang-orang membilas badan setelah bermain dipantai.
Jadi Robert memberi Aisah sabun dan shampony, kemudia kami dan puluhan orang sekitar menonton istriku menyabuni tubuhnya yang telanjang, mencuci rambut, dan membilas tubuhnya. Beberapa pria bahkan menggunakan shower disebelah Aisah sambil mengajak ngobrol menggoda sehingga bisa dibilang mereka mandi bersama.
“Dasar Wanita murahan,” kudengar seorang wanita berkata ketika dia melihat istriku mandi telanjang di depan umum.
Comments
Post a Comment